From Zero to Hero
From Zero to Hero
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات..
Sosok ustadz kami yang satu ini seperti Pilea
Microphylla, bunga meriam itu. Yang jika butiran air jatuh di atas daunnya, ia
melontarkan tepung sari, semarak, spontan, mekar,
dan penuh daya hidup. Di dekatnya kami merasa seperti ditantang mengambil
ancang-ancang untuk sprint seratus meter. Sekencang apa engkau berlari?
Begitulah makna tatapannya. Untuk sosok seperti beliau secara khusus saya
buatkan tulisan ini.
Dikalangan kami para santri bogor, siapa yang tidak
mengenal Ustadz Abdurrahman Misno? Yang awalnya bukan siapa-siapa tapi berkat
taufik Allah yang dibarengi kegigihan semangat 45 berhasil mengantarkannya
meraih gelar doktoral di bidang antropologi hukum islam. Merasa belum apa-apa,
beliau masih punya mimpi ingin meraih Post Doktoral di University of Malaya,
Malaysia.
"Sekarang zaman spesialisasi, harus punya
takhossus. Dengan itu kita juga harus mengerti bagaimana caranya memarketkan
diri kita." Nasehat beliau mendengung hebat lalu mengendap di alam bawah
sadar sana. Saya yakin nasehat seperti ini juga dilontarkan untuk menyemangati
mahasiswa didiknya di STAI Al-Hidayah dan STEI Tazkia.
Berdakwah bisa lewat mana saja selama cara dan
tujuannya sesuai manhaj. Antropologi ternyata juga bisa menjembatani antara
adat istiadat dan hukum islam karena terkait dengan studi perilaku manusia.
Dengan pendekatan seperti ini, kita bisa dengan mudah mengenalkan ajaran Islam
untuk daerah-daerah pelosok yang sama sekali belum tersentuh dakwah. Cara unik
inilah yang dipakai Ust Abdurrahman Misno untuk mengenalkan Islam pada
komunitas adat baduy di pedalaman Desa Kanekes, Banten. Saking baduinya, mereka
yang mayoritasnya beragama animisme ini menerapkan isolasi dari dunia luar.
Bahkan untuk menggunakan alat bantu seperti sendal atau paku saja dilarang oleh
adat.
"Urang sunda teh 3S. Sunda, Sakola,
Santri." Tiru beliau ketika menyampaikan nasehatnya demi mengenalkan
pendidikan sekaligus spiritualitas beragama.
Dengan segudang prestasinya, dihadapan kami beliau
tetap low profile meski sudah bolak-balik Singapura dan Malaysia untuk
menghadiri workshop. Cerita ekspedisinya di Gunung Kendeng untuk membuktikan
eksistensi Arca Domas diselipi guyonan dan nasehat yang sangat memotivasi. Kami
melingkar mendengarkan seksama sambil makan malam. Kami tertawa dengan
kelakarnya yang segar, termenung berkontemplasi karena nasehatnya yang
mendidik, meski tak jarang kami menatapnya aneh karena kepercayaan dan cerita
mistis suku pedalaman. Terbang ke Madinah seperti sudah menyiapkan jauh-jauh
hari satu paket cerita itu untuk kami, santri-santri nakalnya.
Tak hanya cerita dan nasehat yang dibawa, beliau yang
sudah menelurkan tak kurang dari 150an judul buku ini juga membawakan salah
satu karyanya untukku yang didatangkan jauh-jauh dari Indonesia Raya sana.
"Menulis adalah salah satu cara mengasah kemampuan diri. Dengan begitu
kalian akan dipaksa membaca literatur ilmiah untuk memperkuat kebenaran yang
kalian tulis." Paparnya.
Beliau adalah motivator kami, ustadz kami, guru kami.
Secara tidak langsung beliau ingin membuktikan bahwa orang yang
bersungguh-sungguh akan diberi jalan dan taufik dari Allah. Membuktikan bahwa
kesulitan hidup ternyata bisa menjadi pemacu semangat untuk berhasil.
"Motivasi terbesar itu bukan datang dari orang
lain, tapi dari diri sendiri."
(Dr. Abdurrahman Misno Bambang Prawiro, M.E.I)
(Dr. Abdurrahman Misno Bambang Prawiro, M.E.I)
_ _
_
Setiawan Rusli
Sabtu, 13 Februari 2016
Madinah, Kota Nabi.
Setiawan Rusli
Sabtu, 13 Februari 2016
Madinah, Kota Nabi.
0 comments
Thank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !
♥ Aisyah