Kan Selalu Engkau Kukenang
Bismillahirrahmanirrahim..
“.. .berkecamuklah rasa di dada. Tersemburatlah
gelora asmara. Langit-langit hati sang wanita tengah menghujankan bibit-bibit
cinta. Sebuah rasa yang tak diundang dan tak ingin berlalu begitu saja..
.”“…begitulah pula datangnya kuncup bahagia di hati sang wanita yang setelah
menanti lalu mendengar jawaban lelaki itu. Terkikis sudah senandung cemas yang
terbalut penuh harap..”
****
Wanita ini adalah wanita pendamba surga. Kami
dapati bahwa dia adalah wanita yang menenangkan hati sang kekasih. Dia temani
belahan jiwanya dalam suka, bahagia,duka dan nestapa. Kami saksikan pula bahwa
dialah wanita bijaksana nan cerdik. Pula, ia adalah keturunan bangsawan kaya
dan menjadi incaran banyak lelaki.
Percikan Kerinduan dari Sucinya Hati
Seperti wanita umumnya, kami dapati bahwa ia
amat merindukan seorang sosok yang akan menjadi teman hidupnya. Ia membutuhkan
sosok yang akan menemaninya mengarungi bahtera kehidupan.Berjumpalah wanita ini
dengan lelaki dengan kepribadian yang diidam-idamkan wanita. Lelaki yang ia
temui begitu agung lagi berakhlak mempesona. Lelaki tersebut tidak seperti
laki-laki yang ia temui pada kaumnya. Lelaki itu begitu menenangkan kala
dipandang dan tutur katanya jujur dan menarik perhatian. Berwibawa dan menjaga
harga diri.
Berkecamuklah rasa di dada. Tersemburatlah
gelora asmara. Langit-langit hati sang wanita tengah menghujankan bibit-bibit
cinta. Sebuah rasa yang tak diundang dan tak ingin berlalu begitu saja.
Namun begitu, terbesit pikiran yang
mengusiknya. Akankah pemuda dengan kebeningan hatinya tersebut mau menikahinya
yang telah berumur kepala empat? Saat bingungnya mendengung, kami dapati rekan
wanitanya datang mengunjungi. Rekannya mampu menangkap semburat rasa yang
terpendam hingga wanita itu mencurahkan kegalauan hati dan perasaannya.
Rekannya pun berhasil menenangkannya bahwa ia adalah wanita cantik dan memiliki
kemuliaan nasab. Siapakah gerangan lelaki yang tak mau melamar wanita idaman
sepertinya? Bergegaslah rekan wanita itu menemui sang lelaki seperti yang
dipinta sang wanita. Setelah bertemu, rekan wanita tersebut berkata kepada
laki-laki itu:
“… apa yang menyebabkan kau tidak menikah?”
Lelaki itu adalah orang yang fakir lagi yatim
piatu. Sang ayah meninggal ketika ia dalam kandungan. Dan ketika masih kecil,
ia pun ditinggal meninggal oleh sang ibu.Ia menjawab:
“tidak ada sesuatu yang bisa saya gunakan untuk
menikah”.
Rekan wanita tersebut tersenyum sambil
bertutur:
“sekiranya engkau diberi dan diminta menikahi
wanita yang berharta, rupawan, mulia dan cukup, apakah engkau mau menerimanya?”
Laki-laki itu kemudian berkata:
“siapa?”
Rekan wanita itu kemudian menyebutkan nama
sahabatnya yang tengah dirundung oleh besarnya pengharapan. Wajar memang karena
wanita begitu dominan dalam hal perasaan.Gayung pun bersambut indah. Setelah
mendapat nama wanita yang memang ia sangat kenal, lelaki tersebut kemudian
berucap:
“kalau dia setuju maka saya terima”.
Subhanallah. Lampu hijau terlihat jelas
menandakan akan dimulai proses selanjutnya. Mendengar ucapan tersebut, rekan
wanita itu pun kembali menemui sahabatnya untuk menebar wewangian kabar bahagia
yang baru saja didengarnya. Betapa riangnya wanita kita ini setelah mendapat
berita.
Bak sejuknya tanah gersang yang kembali subur
setelah dentuman hujan, bak cerahnya dedaunan muda yang indah menghijau
bersemi, bak syahdunya kicauan burung menyambut mentari di pagi nan cerah,
begitulah pula datangnya kuncup bahagia di hati sang wanita yang setelah
menanti lalu mendengar jawaban lelaki itu. Terkikis sudah senandung cemas yang
terbalut penuh harap.
Aduhai pena kami pun semakin bersemangat menarikan
goresannya. Sang lelaki pun mengabarkan kepada paman-pamannya agar segera
melamar sang wanita, walaupun sang wanita telah menjanda. Iya benar, wanita itu
telah menjanda. Suami pertamanya meninggal kemudian wanita itu cerai dengan
suami kedua. Namun itu bukanlah sebuah aib. Bukan pula sebuah cela. Adalah
skenario dari Allah yang telah menetapkan yang terbaik bagi hamba-Nya. Tak ada
yang mampu keluar dari rel takdir.
Rajutan Tali Pernikahan Nan Pernuh
Berkah
Paman lelaki itu datang melamar sang wanita di
hadapan pamannya. Maklum, ayah wanita kita ini telah wafat. Mahar dan penentuan
akad nikah pun dibicarakan. Disepakati mahar kepada wanita itu berupa lembu dua
puluh ekor.Di hari pernikahan, ijab kabul tengah berkumandang.
Lengkaplah sudah kebahagiaan yang menyelimuti
sepasang kekasih. Sempurnalah mekar indah pucuk asmara. Telah tiba saatnya
biduk harus berlayar di samudera kehidupan. Terhempas sudah karang-karang
penantian yang bertengger di taman hati. Adakah jalinan yang indah selain
jalinan dan untaian tali pernikahan?Adakah letupan-letupan cinta yang lebih
menenteramkan hati sepasang muda-mudi selain dalam ikatan ini?Adakah hubungan
yang lebih menabung kebaikan selain hubungan sah secara syar’i?
aduhai, kami telah tertampar. Kami tertampar pedas
oleh pena kami sendiri agar bersegara menyempurnakan separuh din.
Saatnya Mengayuh Biduk di Samudera
Kehidupan ...
Dan wanita itu pun benar-benar menunjukkan
dirinya sebagai wanita yang piawai me-manage perasaan dan alur lalu lintas
permasalahan yang mungkin menyerang masing-masing pasangan. Ia tunjukkan sayang
nan cinta kepada pangeran hatinya. Kami dapati bahwa ia adalah wanita dengan
mata air kasih yang bercucuran penuh keseejukkan, penuh kelembutan dan
kebaikan. Dialah kekasih hati yang menjadi tumpahan berkeluh kesah. Dialah
sosok yang nyaman sebagai sandaran bagi sang suami kala raga begitu letih
mengarungi dunia luar rumah sekaligus gelanggang dakwah. Sungguh begitu agung
nan mulianya wanita ini. Cara pandangnya luas dengan visi yang jauh ke depan.
Begitu membantu sang suami dari segi harta maupun spirit. Suaminya pun adalah
orang pilihan yang telah ditetapkan Allah. Kami dapati bahwa dia adalah lelaki
yang agung nan mulia pula. Begitu banyak ujian yang lelaki ini alami hingga
menjadikan sedih dan gulana. Begitu banyak cercaan dan siksaan yang ia hadapi
dari orang-orang yang amat membencinya. Begitu banyak makar dan propaganda
untuk membunuhnya. Dan memang demikianlah sunatullah bagi orang-orang yang
menyebarkan agama Tuhannya. Akan selalu ada badai yang siap menghantam
perjuangan di jalan keimanan.
Ia menyaksikan darah mengalir. Ia menyaksikan
pedang terlalu sering beradu. Ia menyaksikan jasad-jasad terbujur kaku. Kami
dapati lelaki itu mengalami beberapa kemenangan dan pula kekalahan. Ia saksikan
kawan-kawannya terbunuh.
Dialah lelaki yang menebarkan wewangian pesona
agama kita yang mulia. Dialah sosok yang tiada pamrih. Tiada ingin dipuja atau
dipuji. Dialah sumber kebaikan. Duh, mata pena kami berkaca dan bergetar
menuliskan tentangnya.Pantas saja Allah telah menganugerahkan wanita mulia nan
brbudi luhur teruntuk lelaki itu. Allah mempersatukan dua kemuliaan untuk
memenangkan agama-Nya di muka bumi.
Allahu akbar. .Allahu akbar…
Begitu mulianya dua insan itu.Pena kami kembali
membulirkan air matanya karena kemuliaan mereka.Wahai pena. Kabarkanlah bahwa
kami begitu rindu untuk bertemu.
Telah Tiba Saatnya Berpisah ...
Kami kabarkan kembali bahwa wanita kita ini
adalah nikmat Allah yang besar bagi sosok lelaki itu. Mereka arungi bahtera
cinta selama seperempat abad. Telah berlalu sejuta kenangan. Wanita itu
menghibur kecemasan suaminya, memberikan dorongan di saat-saat paling kritis,
menyokong penyampaian risalah Tuhannya dan selalu membela pujaan hatinya dengan
jiwa, raga dan hartanya. Telah tiba saatnya kita akan berpisah dengan wanita
berbudi luhur itu. Telah tiba saatnya wanita itu harus meninggalkan sang
kekasih karena malaikat maut sedang melaksanakan titah Rabb-Nya.Dan
selanjutnyaaaaaa. .Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. . .
Selamat jalan wahai wanita yang melambangkan
kesetiaan. .
Selamat jalan jiwa yang tenang. .
Selamat jalan duhai wanita yang berhati lembut
di tengah lembah kekerasan. .
Selamat jalan wahai wanita teladan yang
mengagumkan. .
Selamat jalan wahai engkau yang membela
kemuliaan islam. .Selamat jalan engkau wahai istri yang arif nan bijaksana. .
Selamat jalan wahai engkau ibunda kaum
muslimin, Khadijah binti Khuwailid. .
Wahai Bunda,.Kepergianmu telah meninggalkan
duka dan sedih bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.. Bagaimana tidak,
suka yang terkomposisi duka telah dicicipi bersama di arena kehidupan. Sungguh
pilu hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang ditinggal belahan
jiwanya..Tahukah engkau wahai Bunda, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
telah menyanjungmu di depan ‘Aisyah sehingga ‘Aisyah pun cemburu.‘Aisyah
bertutur di tengah cemburu yang menggebu nan melanda:
“tidaklah aku cemburu atas seseorang dari
istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana kecemburuanku atas
Khadijah, sedangkan aku belum melihatnya sama sekali. Tetapi Rasul sering
menyebutnya dan kadang-kadang beliau menyembelih seekor kambing lalu
memotong-motongnya kemudian mengirimkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah.
Sehingga kadang-kadang aku berkata kepada beliau:
“sepertinya di dunia ini tak ada wanita kecuali
Khadijah.” [1]
Subhanallah. Begitu cintanya Nabi kami padamu,
wahai Ummul Mukminin. Dan memang engkau amat pantas mendapatkannya walau
‘Aisyah memiliki kecantikan dan kepandaian. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam telah memenuhi janjinya bahwa beliau tak akan menduakanmu selama
engkau masih hidup dan walau usiamu telah lanjut. Kami mengetahui pula bahwa
engkau bertabur putri-putri mulia yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan
Fathimah. Mereka adalah pembela setia suamimu. .Begitu abadi cintanya.Engkau
wahai Bunda, seperti yang kami dapati dalam kitab Nisa’ Fii Hayati al-Anbiya
bahwa Rasulullah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata sambil
memujimu:
“wanita penghuni surga yang paling mulia adalah
Khadijah binti Khuwailid.” [2]
Pula dalam kitab yang lain yaitu Nisaa’ Haular
Rasul war Radd ‘ala Muftariyaat al-Musytasyriqin, kami dapati pula pujian
untukmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“sebaik-baik wanita di bumi di masanya adalah
Maryam binti Imran dan sebaik-baik wanita di bumi di masanya adalah Khadijah
binti Khuwailid” [3]
Wahai Bunda, keteguhanmu mendapat limpahan
karunia dari Allah. Engkau memiliki andil besar dalam perubahan peradaban bagi
para wanita.
Inilah surga Allah menaruh rindu untukmu. Allah
dan malaikat Jibril pun menitipkan salam hangat dari langit ke-tujuh untukmu.
Dan kepadamu, Allah telah menyediakan rumah istana dari permata. .
subhanallah
Kami dapati dalam kitab ar-Rahiq al-Makhtum
bahwa Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“wahai Rasulullah. Inilah khadijah, dia telah
datang membawa bejana, di dalamnya ada lauk pauk, makanan atau minuman.
Sekiranya dia nanti mendatangimu maka sampaikan salam Rabbnya kepadanya serta
beritakan padanya kabar gembira perihal istana untuknya di surga yang terbuat
dari mutiara, yang tiada kebisingan maupun rasa lelah di dalamnya.” [4]
Akhirnya. . .
selamat menikmati rumah istana dari
mutiaraselamat jalan ibunda orang-orang beriman. .Biarlah kami senantiasa
mengenangmu di kedalaman qolbu. .Menyerap semangatmu yang terbit seiring fajar.
.Dan lihatlah namamu ada dalam benak setiap muslimah. .Walaupun tak
sesempurnamu, kami harap wanita-wanita kami mampu merengkuh keteladananmu di
jalan ilmu. . .
Sekian,
Dari seorang lelaki yang berusaha meneladani
kekasihmu tercinta di atas manhaj salaf,
Penulis: Fachrian Almer Akiera
(Yani Fachriansyah Muhammad as-Samawiy)
Mataram, di siang nan cerah secerah hati, ilmu
dan akhlak orang-orang yang beriman.
(26 rajab 1431 H/ 09 juli 2010 M).Subhanaka
allahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu
ilaika..
Artikel www.remajaislam.com
________
Footnotes:
[1] Lihat takhrijnya dalam kitab Nisaa’ Haular
Rasul War Radd ‘ala Muftariyaat al-Musytasyriqin hal. 110-111
[2] HR. ahmad dan al-Hakim. Dishahihkan oleh
al-Albani dalam ash-Shahihah no: 1508
[3] HR. al-Bukhari (IV/230)[4] HR. al-Bukhari
(I/539)
Referensi:
1. Kitab ar-Rahiq al-Makhtum karya syaikh
shafiyyurrahman al-Mubarakfury. Penerbit Darul haq (2008), Cetakan X halaman
74-75 dan 161-162.
2. kitab Nisaa’ Haular Rasul War Radd ‘ala
Muftariyaat al-Musytasyriqin karya Syaikh Mahmud Mahdi al-Istambuli dan Syaikh
Musthafa Abu an-Nashr asy-Syalabi. Penerbit Maktabah Salafy Press (2009),
cetakan VII halaman 35-46 dan 110.
3. kitab Nisa’ Fii Hayati al-Anbiya karya
Syaikh Ibrahim Mahmud Abdul Radi. Penerbit Malmahira (2009), Cetakan I halaman
357-369.
4. Buku Seorang Ibu: Sebuah Dunia Penuh Cinta
karya Amatullah Shafiyyah. Penerbit Gema Insani Press (2002), Cetakan I halaman
24-30.
2 comments
Subhanallah..
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusThank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !
♥ Aisyah