Berbuat Sesuatu
Bismillahirrahmanirrahim..
Akan saya kisahkan
sebuah cerita. Anggap saja fiksi, biar kalian tidak terbebani pikiran macam2.
Sederhana saja kisah ini, menjurus klasik, bahkan belum usai cerita, kita bisa
menebak ujungnya.
Jadi, pada suatu hari,
ada sebuah acara yang digelar di aula besar sebuah kota kecil. Dihadiri banyak
orang, dihadiri oleh orang2 penting. Acara ini khusus tentang memotivasi dan
menginspirasi anak2 muda agar berbuat baik. Maka biar afdol, dihadirkanlan tiga
orang bintang tamu yang paling brilian dari kota tersebut. Orang2 yang
dilahirkan di kota tersebut, dan sekarang sudah jadi orang sukses.
Yang pertama, beliau ini
sudah jadi dokter di ibukota. Lulusan kampus terkenal, jadi dokter di rumah
sakit terkenal, dan pasiennya banyak, menulis di kolom2 koran, majalah,
menerbitkan buku, sering muncul di televisi. Semua orang tahu dokter
ini--termasuk yang tinggal di kota lain, mendengar kisah hidupnya, perjalanan
panjang menempuh karirnya, membuat seluruh peserta acara terpesona. Dokter ini
bilang kota kecil mereka inilah sumber inspirasi dia menjadi dokter, masa
kanak2, masa sekolah di kota tersebut. Bertepuk-tangan riuh seisi aula. Benar2
memotivasi dan menginspirasi.
Giliran pembicara kedua,
beliau ini seorang pengusaha. Jatuh bangun jadi pengusaha. Kadang rugi, ditipu,
bangkrut. Tapi lebih sering dan tidak pernah berhenti untuk bangkit.
Perusahaannya banyak, ada di mana2, termasuk di kota mereka. Memberikan jalan
rezeki, pekerjaan bagi orang2. Pengusaha usia empat puluhan ini terkenal
dermawan dan baik hati. Mendengar kisah hidupnya membuat aula hening, lantas
kemudian ramai oleh tepuk-tangan. Pengusaha ini bilang, kota ini juga adalah
sumber motivasi terbaiknya, masa kanak2, masa sekolah di kota tersebut.
Giliran pembicara
ketiga, beliau ini pejabat publik. Di koran2, banyak berita yang memuat tentang
dirinya. Dan terbalik dengan berita2 pejabat lain yang lebih banyak negatifnya,
beliau ini lebih banyak berita positifnya. Contoh politikus yang berbudi dan peduli.
Dia juga jatuh bangun jadi pejabat publik. Pernah difitnah, pernah dituduh,
intrik politik dsbgnya. Tapi dia selalu ingat nasehat masa kanak2nya, agar
jangan berhenti berbuat baik, maka dia memutuskan menjadi politikus yang
tangguh, tetap jujur. Karirnya sudah melesat cepat, hanya soal waktu dia terus
menanjak naik ke atas. Aula itu juga ramai oleh tepuk-tangan.
Tiga pembicara sudah
bercerita, dan semua cerita mereka amat memotivasi dan menginspirasi peserta
acara yang rata2 masih anak muda. Sepertinya sesi tanya jawab akan segera
dimulai, beberapa sudah mengacung tidak sabaran hendak bertanya, tapi entah
kenapa moderator bilang, masih ada satu lagi pembicara penting yang harus
didengarkan. Aula terdiam, menatap panggung, dari pintu belakang, muncul seseorang
yang sudah sepuh, usianya tujuh puluh. Laki-laki, rambutnya beruban, datang
dengan pakaian amat sederhana, mengenakan selop, memegang tongkat. Bapak tua
ini mau bicara tentang apa?
Moderator dengan sopan
meminta Bapak sepuh ini bercerita apa profesinya selama ini. Aula masih hening.
Bapak itu mengangguk, dia mulai bercerita. Tapi ceritanya tentu saja tidak
'sehebat' tiga pembicara sebelumnya. Dia pensiunan guru SD, sudah sepuluh tahun
pensiun. Menjadi guru sejak usia dua puluh, lulus SPG (setara SMA). Jadi
honorer berpuluh tahun, lantas diangkat jadi PNS di ujung2 pengabdiannya. Dia
menjadi guru yang baik, berusaha mengajar tepat waktu, berusaha peduli atas
murid2nya. Sekarang di usianya yang 70-an, dia tinggal berdua dengan
istrinya--yang sama sepuhnya. Anak2nya sudah besar, merantau ke kota lain.
Menghabiskan masa pensiun dengan damai dan tenteram.
Aula masih diam, lantas
apa poinnya? Di mana letak motivasi dan inspirasinya bapak sepuh ini? Peserta
saling toleh.
Pertanyaan itu tidak
butuh waktu lama untuk dijawab. Ketika si dokter bangkit, mencium tangan bapak2
itu, juga si pengusaha ikut mencium tangannya, dan terakhir di si pejabat
publik menangis, mencium tangannya, maka penjelasan segera terbuka. Bapak sepuh
inilah guru SD mereka dulu, masa kanak2 yang penting, yang menanamkan budi
luhur, kerja keras, dan semangat belajar yang tinggi. Si pejabat publik berkata
pelan, "Setiap kali saya ingin berhenti menjadi politikus, saya selalu
ingat nasehat guru saya dulu, dia bilang, kita tidak berhenti berbuat baik
hanya karena satu dua masalah." Bapak sepuh itulah yang bilang kalimat2
yang terus dikenang murid2nya.
My dear anggota page,
anggap saja kisah ini fiksi--meski sebenarnya, di luar sana, berserakan contoh
nyata hal ini (yang bahkan lebih mengharukan). Ambil pelajaran terbaiknya, kita
tidak perlu jadi presiden untuk bermanfaat, memotivasi dan menginspirasi orang2
di sekitar. Kita tidak perlu menjadi orang2 yang bergelimang harta,
pengetahuan, untuk bisa membantu, memberikan jalan kebaikan bagi orang2 di
sekitar. Bahkan seorang guru SD, yang akhirnya pensiun dalam kesederhanaan, dia
tetap bisa menjadi potongan mozaik indah dalam kehidupan. Pun kalaupun dunia
ini tidak mencatatnya, pun kalapun kita tidak perlu menjelaskannya, dia tetap
spesial, istimewa. Karena sungguh, kemuliaan hidup tidak akan tertukar satu
senti pun.
Jadilah apapun,
bermanfaat dan berahklak baik. Kitalah yang menjalani hidup masing2.
*Tere Liye
0 comments
Thank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !
♥ Aisyah