Latest Posts

From Zero to Hero

By 15.35 , , , , ,

From Zero to Hero
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات..

Sosok ustadz kami yang satu ini seperti Pilea Microphylla, bunga meriam itu. Yang jika butiran air jatuh di atas daunnya, ia melontarkan tepung sari, semarak, spontan, mekar, dan penuh daya hidup. Di dekatnya kami merasa seperti ditantang mengambil ancang-ancang untuk sprint seratus meter. Sekencang apa engkau berlari? Begitulah makna tatapannya. Untuk sosok seperti beliau secara khusus saya buatkan tulisan ini.
Dikalangan kami para santri bogor, siapa yang tidak mengenal Ustadz Abdurrahman Misno? Yang awalnya bukan siapa-siapa tapi berkat taufik Allah yang dibarengi kegigihan semangat 45 berhasil mengantarkannya meraih gelar doktoral di bidang antropologi hukum islam. Merasa belum apa-apa, beliau masih punya mimpi ingin meraih Post Doktoral di University of Malaya, Malaysia.
"Sekarang zaman spesialisasi, harus punya takhossus. Dengan itu kita juga harus mengerti bagaimana caranya memarketkan diri kita." Nasehat beliau mendengung hebat lalu mengendap di alam bawah sadar sana. Saya yakin nasehat seperti ini juga dilontarkan untuk menyemangati mahasiswa didiknya di STAI Al-Hidayah dan STEI Tazkia.
Berdakwah bisa lewat mana saja selama cara dan tujuannya sesuai manhaj. Antropologi ternyata juga bisa menjembatani antara adat istiadat dan hukum islam karena terkait dengan studi perilaku manusia. Dengan pendekatan seperti ini, kita bisa dengan mudah mengenalkan ajaran Islam untuk daerah-daerah pelosok yang sama sekali belum tersentuh dakwah. Cara unik inilah yang dipakai Ust Abdurrahman Misno untuk mengenalkan Islam pada komunitas adat baduy di pedalaman Desa Kanekes, Banten. Saking baduinya, mereka yang mayoritasnya beragama animisme ini menerapkan isolasi dari dunia luar. Bahkan untuk menggunakan alat bantu seperti sendal atau paku saja dilarang oleh adat.
"Urang sunda teh 3S. Sunda, Sakola, Santri." Tiru beliau ketika menyampaikan nasehatnya demi mengenalkan pendidikan sekaligus spiritualitas beragama.
Dengan segudang prestasinya, dihadapan kami beliau tetap low profile meski sudah bolak-balik Singapura dan Malaysia untuk menghadiri workshop. Cerita ekspedisinya di Gunung Kendeng untuk membuktikan eksistensi Arca Domas diselipi guyonan dan nasehat yang sangat memotivasi. Kami melingkar mendengarkan seksama sambil makan malam. Kami tertawa dengan kelakarnya yang segar, termenung berkontemplasi karena nasehatnya yang mendidik, meski tak jarang kami menatapnya aneh karena kepercayaan dan cerita mistis suku pedalaman. Terbang ke Madinah seperti sudah menyiapkan jauh-jauh hari satu paket cerita itu untuk kami, santri-santri nakalnya.
Tak hanya cerita dan nasehat yang dibawa, beliau yang sudah menelurkan tak kurang dari 150an judul buku ini juga membawakan salah satu karyanya untukku yang didatangkan jauh-jauh dari Indonesia Raya sana. "Menulis adalah salah satu cara mengasah kemampuan diri. Dengan begitu kalian akan dipaksa membaca literatur ilmiah untuk memperkuat kebenaran yang kalian tulis." Paparnya.
Beliau adalah motivator kami, ustadz kami, guru kami. Secara tidak langsung beliau ingin membuktikan bahwa orang yang bersungguh-sungguh akan diberi jalan dan taufik dari Allah. Membuktikan bahwa kesulitan hidup ternyata bisa menjadi pemacu semangat untuk berhasil.
"Motivasi terbesar itu bukan datang dari orang lain, tapi dari diri sendiri." 
(Dr. Abdurrahman Misno Bambang Prawiro, M.E.I)
_ _ _ 
Setiawan Rusli
Sabtu, 13 Februari 2016
Madinah, Kota Nabi.

You Might Also Like

0 comments

Thank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !

♥ Aisyah