Latest Posts

Meneladani Muslimah Produktif

By 14.31 , , , , , , , , , ,

Bismillah.



Ini kisah tentang sesosok Muslimah yang tetap tegar untuk istiqomah di tengah lingkungan yang tidak mendukungnya. Ia tetap menjadi pribadi yang baik, menjadi bagian dari teman-temannya namun tetap menjaga batasan, menjadi diri sendiri selama itu sesuai dengan akhlak Al-Quran dan Sunnah.

Pesantren memang tempat yang baik untuk menuntut ilmu, namun bukan berarti semua unsur pendukung (penghuni)nya sama baiknya, meski sejatinya yah, sedang dalam proses memperbaiki diri, mungkin.

Prinsip hidupnya selama di pesantren adalah, datang untuk belajar, menuntut ilmu, jadi tidak punya teman atau bahkan dikucilkan karena dianggap terlalu penurut tidak jadi masalah, karena itu sama sekali tidak merugikannya. Aku suka itu, karena menurutku orang cerdas itu berpendirian, ia bisa memilah mana kritik yang membangun, mana yang menjatuhkan.

Nggak ikut trend, kuper, kudet? None of my business. Masih banyak hal penting yang harus dikerjakan. Belajar, murajaah, membaca buku, menghafal matan, dll.

Lalu apa tidak merasa sepi dan nggak pengen punya pengalaman seru kaya temen-temen? Gimana kalau nanti malah terlupakan?
Well, pertama, nostalgia itu nggak bermanfaat, yang lalu biarlah berlalu, hanya menghabiskan waktu saja. Tidak apa-apa tidak diingat kok, untuk apa? Walaupun aku yakin, setiap individu teman-temannya Insya Allah selalu mengingatnya, sebagai pribadi yang terlalu sempurna untuk dilupakan, pribadi yang meski tidak menyenangkan tapi menenangkan, dan selalu dibutuhkan, selalu berprestasi. Kenangan baik disini baginya adalah memanfaatkan waktu sebaik mungkin, membuat sejarah dengan tinta emas.


Kalau mereka bilang hidup ini Cuma sekali, di pesantren juga sebentar, harus dihabiskan dengan seru-seruan karena kapan lagi bisa bersenang-senang bersama teman-teman? Ia bilang, senang-senang ada waktunya, hidup memang Cuma sekali, karena itu harus kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk hal-hal yang produktif, bukan wasting time dengan chit chat unfaedah yang tidak memberi atsar apapun nantinya setelah lulus dari pesantren. 

Bukankah kita tahu,
العلم بلا عمل كالشجر بلا ثمر
Ilmu tanpa amal (praktek) bagaikan pohon tanpa buah.
Lalu bolehkah kita bertanya, kemana ilmu akhlaknya? ilmu ‘sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lain’? ilmu tentang urgensi waktu? ilmu tentang masa depan akhirat? Mana realisasi dari apa yang sudah dipelajari? Karena itu, yuk bersama berusaha mengamalkan ilmu yang kita dapatkan dengan memanfaatkan waktu untuk hal-hal produktif.

Tidakkah terbesit sedikit saja keinginan untuk mencoba seperti mereka? Nonton ini-itu, ke bioskop, ke restoran terbaru, mencoba kuliner viral, mendengar musik?
‘Tidak’ ujarnya tegas.
Alhamdullah ia tidak suka dengan semua itu dan memang tidak tertarik sama-sekali untuk mencoba. Kalaupun diajak, ia akan ingat orang tua, ia sadar membawa nama baik orang tua, ia ingin membuat keduanya bangga, ia merasa belum bisa memberi apapun.
Jadi ketika liburanpun, ia prefer bantu dan nemenin umi di rumah.


Hidupmu milikmu, keputusanmu juga tanggung jawabmu. Lakukan apa yang perlu dilakukan, lihat apa yang perlu dilihat, dengar apa yang perlu didengar dan ucapkan apa yang memang perlu diucapkan.

Terinspirasi dari saudari jauhku, adiknya istri paman sepupuku, yang tidak ingin disebut namanya.
Uhibbuki Fillah, Barakallahufiik..

You Might Also Like

0 comments

Thank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !

♥ Aisyah