Latest Posts

Pengusaha & Pendakwah: Belajar dari K.H. Mustofa Mugni, M.A

By 17.39 , , , ,


Bismillah.


Tahun 1999 merupakan hari yang bersejarah bagi K.H. Mustofa Mughni, M.A (Pimpinan Pesantren Daarul Mughni Al Maaliki) karena pada hari itulah beliau pertama kali membeli tanah seluas 300  dari hasil menjual 1 buah mobil untuk dibangun sebuah pesantren yang kini memiliki santri lebih dari 1.000 orang. Pada awalnya, pesantren yang diberi nama Daarul Mughni ini disediakan untuk orang-orang fakir dan yatim yang tinggal di lingkungan sekitar dengan jumlah santri sebanyak 43 orang, saat itu, K.H. Mustofa yang berperan mengajar dan istri beliau memasak untuk para santri.

K.H. Mustofa adalah salah seorang pengusaha sukses sebelum beliau mendirikan pesantren, beliau pernah berkecimpung dalam usaha impor komputer bersama Ustadz Yusuf Mansur.

“Dulu saya kaya, saya merasa kerja keras saya berhasil, tapi hancur semua, tidak berkah. Tapi sekarang, saya sadar bahwa kekayaan saya bukan sepenuhnya milik saya, ada hak orang lain di sana” ujar beliau kepada kami saat kami berkesempatan berkunjung pada Jumat, 7 Desember 2018 lalu.

من أراد الدنيا فعليه بالعلم, و من أراد الأخرة فعليه بالعلم, و من أراد كلاهما فعليه بالعلم
‘Barangsiapa yang menginginkan dunia, maka ia bisa didapat dengan ilmu. Barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka ia bisa didapat dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka ia bisa didapat dengan ilmu’

Sebelum membangun pesantren, K.H. Mustofa memutuskan untuk menabung dan berpikir bagaimana caranya memiliki cukup uang. Beliau juga berharap kedepannya akan ada ustadz-ustadz yang bergelar sarjana ekonomi, pagi ke bank dan sore dakwah, sehingga ekonomi Islam di Indonesia bisa bangkit dimulai dari pesantren. Menurut beliau, Indonesia hancur bukan karena orang bodoh, justru di Indonesia ini Alhamdulillah ada banyak orang yang pintar, tapi sayangnya masih kurang iman. Sedangkan yang dibutuhkan adalah orang-orang pintar yang ahli ekonomi dan di sisi lain agamanya kuat.

Meski telah menjadi pimpinan pesantren, jiwa pengusaha beliau masih sangat kuat, hal ini terbukti dengan tingginya tingkat kemandirian ekonomi pesantren yang dipimpinnya, banyak sektor yang dimanfaatkan oleh ustadz melihat peluang pasar dengan memenuhi kebutuhan masyarakat dan para santri di sekitarnya. Dimulai dari minimarket yang menjadi tangan kedua dari perusahaan sehingga harga yang dijual bisa lebih murah, percetakan, konveksi (termasuk juga sablon dan bordir), menawarkan waralaba ayam goreng, klinik dan apotik hingga penyewaan bus. Dan dengan banyaknya usaha yang kini dikelola oleh pesantren, biaya pendidikan menjadi lebih terjangkau karena tersubsidi dari keuntungan dari usahanya.


Dalam berbisnis, modal bukan menjadi penentu utama, modal juga penting, tapi ada 4 hal yang lebih penting: kemauan, modal, intuisi dan trik. Karena banyak orang yang ketika dikasih modal, mereka juga bingung akan berbisnis apa. Penting juga untuk masuk ke dalam sistem, dengan mengerti ilmu dan proses kerjanya, kita bisa mendapatkan keuntungan.

Dalam bisnis minimarket misalnya, memang kita tidak bisa mandiri 100%, kita membutuhkan pihak-pihak lain yang membantu. Awalnya minimarket di pesantren beliau merupakan waralaba dari salah satu ritel waralaba terkenal di Indonesia, dan sejak pertama kali didirikan, minimarket tersebut laku keras dengan pasar 1.000 santri dan masyarakat sekitar yang hendak memenuhi kebutuhannya. K.H. Mustofa pun mempelajari bagaimana sistem bisnis ini agar minimarket nya tidak menjadi tangan ketiga, tapi menjadi konsumen tangan kedua.

Beliau menelusuri bagaimana caranya dapat berhubungan dengan para pemain tangan pertama yang merupakan perusahaan penyuplai tanpa melalui distributor. Ketika menemui perusahaan-perusahaan tersebut, rupanya ada minimal pembelian jika dilakukan langsung dari mereka sejumlah 1-2 truk per pembelian. Beliau yang telah mempertimbangkan segmentasi pasar memutuskan untuk menerima persyaratan tersebut dan rupanya keputusan beliau berdampak positif, harga yang harus dibayar jauh lebih murah sehingga orang-orang bisa membeli di minimarketnya dengan harga yang juga lebih terjangkau. Pada akhirnya, minimarket nya lepas dari ritel waralaba dan menjadi minimarket yang mandiri.

K.H. Mustofa berprinsip bahwa tanpa uang, kita tetap bisa membuat usaha. Daripada kerja pada orang lain, beliau lebih memilih untuk menjadi tukang bebek, yang awalnya beli sepasang, dengan ketekunan dan ketelatenan, bisa jadi ratusan. Beliau mencontohkan salah satu teman beliau yang merupakan penjuang melon, ketika usaha mandirinya disertai dengan ilmu tentang sistem, Alhamdulillah kini bisa punya mobil mewah, bagaimana caranya? Teman beliau menjual melon bukan di pasar, tapi menyuplai langsung ke supermarket, hotel dan restoran.

Pesantren harus punya mutu agar menarik dan bermanfaat. Jika ada sekolah gubuk yang bisa mendidik anak-anak untuk pintar berbahasa Inggris, kemudian ketika ada acara ditampilkan kemampuan anak-anak yang kualitasnya bagus, harga masuknya fantastis. Oleh karenanya, dimanapun bidang kita, perbaiki kualitas, jangan dulu membicarakan harga, bicarakan mutu. Nanti ketika orang-orang sudah percaya, Insya Allah akan mudah menariknya, karena sudah punya ciri khas.

Adapun dunia pendidikan, pesantren khususnya, yang paling penting adalah bagaimana sistem pendidikannya bisa membentuk karakter anak-anak santri, mengubah mereka menjadi lebih baik dengan manhaj dan kurikulum yang bagus. Insya Allah dengan begitu, kita akan membangun generasi yang memiliki kemandirian dalam keterampilan hidup, insya Allah.

You Might Also Like

2 comments

  1. Thanks for sharing, semoga sukses terus..

    BalasHapus
  2. Terimakasih teh Asiyah tulisan-tulisannya sangat bermanfaat :)

    BalasHapus

Thank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !

♥ Aisyah