Trauma
Bismillah.
Trauma biasanya berawal dari masa kecil.
Terutama,
Momen ketika kita mulai merasa tidak dicintai.
Aku baru tau bahwa ternyata, biasanya anak-anak mengalami
trauma bukan karena mereka terluka, tapi karena mereka sendirian saat mereka
terluka, sehingga mereka mulai desperate for an attachment.
Dan ketika dewasa, muncullah berbagai macam adiksi dan craving,
yg mana akarnya yaitu sistem seseorang mencari relief (rasa lega) yg short
term, padahal kadang menimbulkan konsekuensi negatif dan we even cannot give it
up.
Maka sekarang, ketika rasa tersebut muncul, yuk mulai
menyelami diri, not why the addiction, but why the pain? Kita caritau apa
suffering yg sedang kita coba untuk escape from.
Bahkan di beberapa keadaan, bisa jadi kita mudah membeli
sesuatu yg memberikan kesenangan sementara, tapi bisa jadi tidak baik dalam
jangka panjang atau malah berbahaya.
Di sisi lain, kadang sebab dari penyakit kita adalah karena
energi kita habis digunakan untuk menahan emosi-emosi yg seharusnya dilepaskan,
dan kita jadi mudah lelah.
Karena nya, apapun yg oranglain katakan, kita jangan
terpengaruh, apalagi merasa buruk karena judge oranglain yg buruk. Their words
are theirs, it defines them and our words are ours, it defines us.
Namun seringkali, kita bukan menanggapi apa yang terjadi, kita
menanggapi persepsi kita sendiri tentang apa yang terjadi. Kita merespon sesuatu
bukan dengan kesadaran present moment, kita mengaitkan dengan pengalaman di
masa lalu yg perasaan nya tertahan, menumpuk dan akhirnya tertumpah ketika ter
trigger oleh sesuatu yg terjadi saat ini.
Misalnya, ketika seseorang membalas pesan kita dengan singkat
dan padat, padahal biasanya misalkan ceria, bisa jadi kita langsung merasa
bersalah dan sedih, atau bahkan takut ditinggalkan.. tapi ketika kita
mengetahui kalau ini bukan yg pertama kali, aku sering seperti ini, dan cari
akar masalah nya, ternyata misalnya saat kecil kita punya issue dengan
perubahan intonasi dan ekspresi bicara orang-orang terdekat kita ketika kita
melakukan sesuatu yg tidak mereka sukai.
Jadi dengan kita menyadari diri kita, pengalaman kita,
perasaan kita, insya Allah kita jadi punya kemampuan untuk re-frame segala
sesuatu. Menyadari bahwa sumber dari segala perasaan kita adalah diri kita
sendiri, within ourselves, it's liberating.
Karena semakin kita berprinsip bahwa oranglain telah melakukan
sesuatu pada kita, menjadi sumber dari perasaan kita, misalkan, dia membuat
kita marah, sedih, senang.. kita sedang menempatkan diri sebagai korban.
Sebaliknya, jika kita tau bahwa perasaan kita bersumber dari
diri kita, tentu atas izin Allah, kita akan jadi lebih berdaya, we're powerful,
we have the opportunity to control it.
Maka pada akhirnya, let's expand ourselves, so that there's
space for all the feelings..
And remember to transform the energy of our trauma to be the
energy of our life.
Bismillah, kita punya Allah. Nothing is impossible. And with
His guidance, we're safe.
Allahu A'lam.
0 comments
Thank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !
♥ Aisyah