It's About Us and Allah
Bismillah.
Being a
parent teaches me so much wisdom.
Salah
satunya, satu hal yg kupelajari pagi ini.
Segala
sesuatu yg terjadi di dunia ini telah ditetapkan oleh Allah. Pena takdir telah
diangkat dan lembarannya telah kering. Demikian juga takdir kita. Bahagia atau
sengsaranya.
Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda, dalam potongan hadits tentang penetapan
takdir sejak kita dalam kandungan ibu:
ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ
Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu
ditiupkan padanya ruh dan diperintahkan untuk ditetapkan empat perkara, yaitu
rezekinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya.
Sehingga,
apapun yg terjadi pada kita, itu semua telah ditakdirkan oleh Allah, dan tugas
kita sebagai seorang mukmin adalah beriman pada takdir tersebut, ridha dan
menerima dengan ikhlas.
Namun, in
another perspective, karena hasil telah ditetapkan, maka tugas kita hanya
berusaha yg terbaik.. ikhtiar sebaik-baiknya, karena that's what matters..
dalam Islam, yg dinilai adalah proses nya, sebagai bentuk ibadah, bukan
hasilnya.. dalam mendidik anak misalnya, kita perlu berupaya mengajarkan
Tauhid, Iman, Islam, Ihsan, kemudian mendidik anak dengan adab yg mulia..
demikian juga dalam mencari rezeki, upaya yg terbaik perlu dilakukan, bekerja
dengan profesional agar dapat menafkahi keluarga, bersedekah, memberi manfaat
untuk oranglain, atau usaha kita dalam membahagiakan orang-orang yg kita
sayangi, selama memenuhi kriteria ikhlas dan sesuai contoh Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wasallam.. sehingga kalau hasilnya tidak sesuai yg kita
harapkan, kita bisa lebih tenang, karena kembali lagi, hasil ada di tangan
Allah. Dan kita dihisab atas usaha kita.
♡
This is
so beautiful for me. This concept contains the explanation, bahwa orang-orang
yg menerima banyak privilege juga akan ditanya kelak tentang apa yg mereka
perbuat dengan semua itu. Dan it's a big responsibility, bisa menjadi pisau
bermata dua, bertambah kebaikan, atau bertambah keburukan.
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari
itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). [QS. At-Takatsur: 8]
So don't
be too happy, nor be too sad. Be content with what you have, be more grateful
in the good times, and be more patient in the bad.
لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu
jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan
terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. [QS. Al-Hadid: 23]
As an
adult yg kalau menurut surat Al Hadid ayat 20, kita kini masuk fase ujian dunia
berupa,
وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ
Berbangga-banggaan tentang banyaknya harta
dan anak.
Dua
perkara ini jadi ujian terbesar kita di zaman yg penuh dengan penyakit cinta
dunia.. Tapi kita punya Allah yg Maha Baik, Allah berikan kepada kita panduan
dalam melaluinya.
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
Harta dan anak-anak adalah perhiasan
kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik
pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. [QS. Al Kahfi: 46]
Let's
pour our heart and soul into this. Meski harta dan anak bisa menjadi perhiasan
dunia, tapi dunia tetaplah dunia, yg akar katanya dari دنا - يدنو yg
artinya rendah, so it can be a source of both joy and pain, hope and despair..
It can stir up a storm of emotions within us, from anxiety to confusion to
sadness. Namun Allah tidak membiarkan kita begitu saja, Allah berikan pilihan
lain yg lebih baik. Amalan kekal yg baik itu way more better for us to be
wished for.
Another
perspective. Harta dan anak-anak adalah wasilah untuk kita beramal shalih, ada
kesempatan yg penuh pahala di balik dua karunia tersebut, ada ladang ibadah yg
didapat dari memiliki harta dan anak. Tapi, sudahkah kita memanfaatkannya
sebagai bekal kita untuk ke Syurga?
So, let's
turn over this issue in our minds. Setiap berangkat nya kita menuju tempat
kerja, lelah di perjalanan, pusing di kantor, mengerjakan hal yg sama setiap
hari, banting tulang, peras keringat, pulang larut karena ada kerjaan
tambahan.. as well as, menemani anak bermain seharian, menyuapi anak MPASI
dengan sabar, mencuci pakaian yg baru diganti sudah kotor lagi, menenangkan
tangisan anak yg tidak bisa tidur, semua itu.. insya Allah, pahala.
♡
Kembali
ke ikhtiar dan hasil, hidup bukan tentang seberapa banyak harta yg bisa kita
kumpulkan, atau seberapa sukses anak kita. Tapi tentang bagaimana kita bersikap
menghadapinya. Karena, kadang keberkahan datang dari arah yg tidak diduga-duga,
boleh jadi dari arah yg justeru tidak sesuai dengan indikator bahagia versi
manusia.
So,
whatever happens, focus on ourselves. Saat ada konflik di tempat kerja, atau
anak sedang rewel, Bismillah, kembali diri kita, fokus ke diri sendiri. Minta
petunjuk Allah, apa upaya yg bisa kita lakukan yg Allah Ridha..
Bagian
ini mengingatkanku tentang nasihat dari seorang guru senior kami, katanya,
"Jika
ada sebuah keadaan dimana seorang murid mengangkat kaki ke atas meja saat
kegiatan belajar mengajar. Bagaimana kalian akan merespon?
Bisa saja
kalian terpantik emosinya, merasa tersinggung karena sedang menjelaskan
pelajaran, sehingga responnya adalah langsung memarahi, "turunkan kakimu
dari meja!". Namun dampaknya malah bisa jadi dosa, capek sendiri dan tidak
sampai nasihat kita ke hatinya.
Namun
sebagai seorang Muslim, hendaknya kalian tahan diri, bersikap tenang, ambil
waktu sejenak dan berpikir, "apakah memang anak ini tidak sopan, ataukah
saya yg terlalu ingin dihormati?"
Maka
dalam waktu sekejap tersebut, kita bisa menata hati, dimulai dari menenangkan
diri dan kemudian membaca basmalah, meluruskan niat untuk mendidik, bukan untuk
mendapatkan rasa hormat, baru kemudian ia mengingatkan dengan hati yg ikhlas
dan tutur yg baik, "tolong turunkan kakimu dari meja!"
Insya
Allah, pesan dari hati yg ikhlas dan tenang, akan berdampak lebih baik untuk
kita, dan untuk anak tersebut."
♡
In the
end,
It's just
about us and Allah.
Segala
sesuatu yg terjadi di dunia ini, hanya tentang kita dan Allah. Hal-hal
eksternal hanyalah ujian untuk melihat siapa diri kita, bagaimana respon kita,
tindakan apa yg akan kita pilih. Ingat bahwa kita akan dihisab atas setiap
perbuatan kita, yg kecil dan yg besar, yg baik dan yg buruk. And we'll see the
results in the hereafter.
Let's
reconnect with our inner selves. It's the best healing experience ever.
قُلْ يَا قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَىٰ مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ مَنْ تَكُونُ لَهُ عَاقِبَةُ الدَّارِ ۗ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah
sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan
mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di
dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan
keberuntungan. [QS.
Al-An'am: 135]
Allahu A'lam.
2 comments
Masyaa Allah...Aisyah ternyata seorang penulis. Tulisannta baguus...baarakallahu fiik - Iin MIAH
BalasHapusBarakAllah ustazah, always be inspired✨
BalasHapusThank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !
♥ Aisyah