Latest Posts

It's About Us and Allah

By 11.47

Bismillah.

 


Being a parent teaches me so much wisdom.

Salah satunya, satu hal yg kupelajari pagi ini.

Segala sesuatu yg terjadi di dunia ini telah ditetapkan oleh Allah. Pena takdir telah diangkat dan lembarannya telah kering. Demikian juga takdir kita. Bahagia atau sengsaranya.

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda, dalam potongan hadits tentang penetapan takdir sejak kita dalam kandungan ibu:

ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ

Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan diperintahkan untuk ditetapkan empat perkara, yaitu rezekinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya.

Sehingga, apapun yg terjadi pada kita, itu semua telah ditakdirkan oleh Allah, dan tugas kita sebagai seorang mukmin adalah beriman pada takdir tersebut, ridha dan menerima dengan ikhlas.

Namun, in another perspective, karena hasil telah ditetapkan, maka tugas kita hanya berusaha yg terbaik.. ikhtiar sebaik-baiknya, karena that's what matters.. dalam Islam, yg dinilai adalah proses nya, sebagai bentuk ibadah, bukan hasilnya.. dalam mendidik anak misalnya, kita perlu berupaya mengajarkan Tauhid, Iman, Islam, Ihsan, kemudian mendidik anak dengan adab yg mulia.. demikian juga dalam mencari rezeki, upaya yg terbaik perlu dilakukan, bekerja dengan profesional agar dapat menafkahi keluarga, bersedekah, memberi manfaat untuk oranglain, atau usaha kita dalam membahagiakan orang-orang yg kita sayangi, selama memenuhi kriteria ikhlas dan sesuai contoh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.. sehingga kalau hasilnya tidak sesuai yg kita harapkan, kita bisa lebih tenang, karena kembali lagi, hasil ada di tangan Allah. Dan kita dihisab atas usaha kita.

This is so beautiful for me. This concept contains the explanation, bahwa orang-orang yg menerima banyak privilege juga akan ditanya kelak tentang apa yg mereka perbuat dengan semua itu. Dan it's a big responsibility, bisa menjadi pisau bermata dua, bertambah kebaikan, atau bertambah keburukan.

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). [QS. At-Takatsur: 8]

So don't be too happy, nor be too sad. Be content with what you have, be more grateful in the good times, and be more patient in the bad.

لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. [QS. Al-Hadid: 23]

As an adult yg kalau menurut surat Al Hadid ayat 20, kita kini masuk fase ujian dunia berupa,

وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ

Berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak.

Dua perkara ini jadi ujian terbesar kita di zaman yg penuh dengan penyakit cinta dunia.. Tapi kita punya Allah yg Maha Baik, Allah berikan kepada kita panduan dalam melaluinya.

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. [QS. Al Kahfi: 46]

Let's pour our heart and soul into this. Meski harta dan anak bisa menjadi perhiasan dunia, tapi dunia tetaplah dunia, yg akar katanya dari دنا - يدنو yg artinya rendah, so it can be a source of both joy and pain, hope and despair.. It can stir up a storm of emotions within us, from anxiety to confusion to sadness. Namun Allah tidak membiarkan kita begitu saja, Allah berikan pilihan lain yg lebih baik. Amalan kekal yg baik itu way more better for us to be wished for.

Another perspective. Harta dan anak-anak adalah wasilah untuk kita beramal shalih, ada kesempatan yg penuh pahala di balik dua karunia tersebut, ada ladang ibadah yg didapat dari memiliki harta dan anak. Tapi, sudahkah kita memanfaatkannya sebagai bekal kita untuk ke Syurga?

So, let's turn over this issue in our minds. Setiap berangkat nya kita menuju tempat kerja, lelah di perjalanan, pusing di kantor, mengerjakan hal yg sama setiap hari, banting tulang, peras keringat, pulang larut karena ada kerjaan tambahan.. as well as, menemani anak bermain seharian, menyuapi anak MPASI dengan sabar, mencuci pakaian yg baru diganti sudah kotor lagi, menenangkan tangisan anak yg tidak bisa tidur, semua itu.. insya Allah, pahala.

Kembali ke ikhtiar dan hasil, hidup bukan tentang seberapa banyak harta yg bisa kita kumpulkan, atau seberapa sukses anak kita. Tapi tentang bagaimana kita bersikap menghadapinya. Karena, kadang keberkahan datang dari arah yg tidak diduga-duga, boleh jadi dari arah yg justeru tidak sesuai dengan indikator bahagia versi manusia.

So, whatever happens, focus on ourselves. Saat ada konflik di tempat kerja, atau anak sedang rewel, Bismillah, kembali diri kita, fokus ke diri sendiri. Minta petunjuk Allah, apa upaya yg bisa kita lakukan yg Allah Ridha..

Bagian ini mengingatkanku tentang nasihat dari seorang guru senior kami, katanya,

"Jika ada sebuah keadaan dimana seorang murid mengangkat kaki ke atas meja saat kegiatan belajar mengajar. Bagaimana kalian akan merespon?

Bisa saja kalian terpantik emosinya, merasa tersinggung karena sedang menjelaskan pelajaran, sehingga responnya adalah langsung memarahi, "turunkan kakimu dari meja!". Namun dampaknya malah bisa jadi dosa, capek sendiri dan tidak sampai nasihat kita ke hatinya.

Namun sebagai seorang Muslim, hendaknya kalian tahan diri, bersikap tenang, ambil waktu sejenak dan berpikir, "apakah memang anak ini tidak sopan, ataukah saya yg terlalu ingin dihormati?"

Maka dalam waktu sekejap tersebut, kita bisa menata hati, dimulai dari menenangkan diri dan kemudian membaca basmalah, meluruskan niat untuk mendidik, bukan untuk mendapatkan rasa hormat, baru kemudian ia mengingatkan dengan hati yg ikhlas dan tutur yg baik, "tolong turunkan kakimu dari meja!"

Insya Allah, pesan dari hati yg ikhlas dan tenang, akan berdampak lebih baik untuk kita, dan untuk anak tersebut."

In the end,

It's just about us and Allah.

Segala sesuatu yg terjadi di dunia ini, hanya tentang kita dan Allah. Hal-hal eksternal hanyalah ujian untuk melihat siapa diri kita, bagaimana respon kita, tindakan apa yg akan kita pilih. Ingat bahwa kita akan dihisab atas setiap perbuatan kita, yg kecil dan yg besar, yg baik dan yg buruk. And we'll see the results in the hereafter.

Let's reconnect with our inner selves. It's the best healing experience ever.

قُلْ يَا قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَىٰ مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ مَنْ تَكُونُ لَهُ عَاقِبَةُ الدَّارِ ۗ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan. [QS. Al-An'am: 135]

 

Allahu A'lam.

You Might Also Like

2 comments

  1. Masyaa Allah...Aisyah ternyata seorang penulis. Tulisannta baguus...baarakallahu fiik - Iin MIAH

    BalasHapus
  2. BarakAllah ustazah, always be inspired✨

    BalasHapus

Thank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !

♥ Aisyah