Kerak Telor dan Kerak Nasi
Bismillahirrahmanirrahim..
Sore ini aku, ummi dan abi jalan-jalan ke The Jungle
Bogor, awalnya sih Cuma pengen nemenin abi transfer uang ke temannya dan beli sesuatu (yang pada akhirnya ga jadi),
pas disana cuaca berubah mendung. Aish, dinginnya.. terlihat tanda-tanda mau
hujan. Tiba-tiba pas mau pulang, kami melihat beberapa penjual berjejer di
dekat tiang pintu utama The Jungle, ada penjual baju, mainan, aksesoris, es
krim durian dan kerak telor, nah ini yang membuat ummi tertarik.
Ummiku yang notabene orang Jakarta (lahir disana dan
besar disana) langsung tertarik begitu melihat kerak telor. Bagaimana tidak,
meski ummi tahu benar bahwa kerak telor adalah makanan khas Jakarta, tapi ummi
belum pernah mencicipinya. Ummi pun langsung membelinya dengan persetujuan abi,
dan harganya 15.000 rupiah. Awalnya ummi ingin membeli 2 buah, tapi ternyata
proses pembuatannya cukup lama sementara kita akan pulang (kalau bisa) sebelum
hujan.
Ummi memperhatikan proses pembuatannya sementara aku
berkeliling window shopping sama abi, tadinya pengen dipraktekkan di rumah
kalau bisa, hhe.. Bahannya telur (bisa ayam atau bebek) dan beras ketan ,
kemudian digoreng seperti telur dadar di sebuah cetakan cekung (seperti
penggorengan) tanpa minyak, setelah cukup matang, diangkat kemudian ditaburi
kelapa sangrai, cabe bubuk dan bawang goreng dan digulung. Gampang ya? Iya sih,
tapi yang susah mencari bara apinya karena tidak menggunakan kompor, dan inilah
yang ummi lupa, gimana mau dipraktekkan kalau bara apinya aja ngga ada.
Sesampainya kami dirumah (dan sudah hujan), ummi
memotongnya beberapa potong, aku coba sepotong. Eh, rasanya biasa saja, ga jauh
beda sama telur dadar kalau ditaburi kelapa sangrai, cabe bubuk dan bawang
goreng. Tapi ga nyesel juga sih, paling engga ummi ga penasaran lagi, hehe.
Oya, aku jadi teringat camilan khas pesantren waktu
awal-awal berdirinya (FYI pesantren kami resmi dibuka tahun 1998), sebelum
banyak tercipta makanan dan jajanan di sekitar pesantren, jajanan favorit
kakak-kakak santri dahulu Cuma satu, apa itu? Bukan kerak telor, tapi kerak
nasi. Selain gratis, pembuatannya juga gampang, bahkan bukan gampang lagi,
emang sisa kerak di dangdang nasi, meski begitu, peminatnya banyak, entah emang
karena enak (aku juga belum pernah coba) atau nggak ada jajanan gratis lain.
Kakak-kakak santri dahulu (yang sekarang sudah jadi
alumni semua) keadaannya memang agak memprihatinkan, lauk sehari-harinya juga
biasa saja, yang paling enaknya saja tembok (tempe balok), tapi itu semua tidak
mengurangi kelebihan yang dimiliki mereka, percaya atau tidak, dulu ada kakak
santri yang bisa lompat dari pohon ke pohon seperti ninja, menggambar (hanya
dengan pensil) lukisan yang indah, aku punya salah satu gambar mereka yang
kupajang di dinding kamarku, gambarnya indah, padahal hanya dengan pensil warna
dan di kertas karton dengan dilapisi plasik mika dan dipigura dengan kayu,
gambar tersebut dibuat oleh kak Faishol dan merupakan hadiah untuk pernikahan
bibiku (yang saat ini tinggal di Jambi).
Bandingkan dengan santri-santri sekarang, mana mau
mencoba kerak nasi, biasanya saja kalau tidak suka makanan di dapur mereka akan
membeli apapun yang mereka suka. Tapi hal ini mungkin masih bisa ditoleransi,
barangkali ada yang alergi dengan makanan tertentu. Yang lebih menyedihkan adalah
menjamurnya usaha laundry saat ini. Aih, dimana letak ke-santri-an nya kalau
mencuci pakaian sendiri saja tidak bisa, masa’ mau bilang tangannya sensitif
dan takut kasar?
Wallahu A’lam.
9 comments
Kalau santri jaman sekarang lebih banyak manjanya daripada prihatinnya. kerak nasi lebih sering terjadi kalau air untuk memasak nasi habis. Enggak gosong sih, tapi masih neka dimakan.
BalasHapusKerak telor? tahu nya makanan khas Jakarta, sudah pernah nyobain tapi bukan yang di Jkt nya, beli nya di tepian jalan kota Pekanbaru hihi..
BalasHapusKakCic jg pernah makan kerak nasi pas kecil, enak! tapi jangan sering2 makan nya, gak baik haha :D
orang jakarta tapi belum pernah mencoba kerak telor...alamak...., apalagi santrinya...lauknya ternyata tembok....luarbiasa....,
BalasHapuskeep happy blogging always,,,,salam dari Makassar :-)
kak Yitno : hhe, iya kak.. eh tapi Aisyah sih blm pernah coba.. :D
BalasHapuskakCic : wah jauh banget dari daerah asalnya tuh kak.. ^^
kak Hariyanto : hha.. begitulah, memang memprihatinkan, tapi itu dulu.. sekarang sudah berubah kok.. :)
Terimakasih kak..
seumur umur belum pernah makan kerak telor :)
BalasHapusKerak telur? Wah aku suka bngt!
BalasHapusTrnyata gak jauh beda ya sama kerak nasi, hihii...
Tapi aku yakin, rasanya pasti beda jauh. Hehee
kak Dwi : aku juga baru pertama kali, kak.. main yuk ke The Jungle Bogor, rekreasi sekalian mencicipi kerak telor.. ^^
BalasHapuskak Nurliana : hhe, emang kak.. eh tapi aku belum pernah coba kerak nasi sih..
Kerak telor memang makanan yang enak dan disukai banyak orang
BalasHapustapi saya belum pernah coba hehe
Kalau santri jaman sekarang banyak kemudahannya, ya :)
BalasHapusThank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !
♥ Aisyah