Latest Posts

Wasiyyatu Ummi (Review)

By 12.12 , ,

Bismillah.


Aku baru saja menyelesaikan tontonan film berjudul ‘وسيّة أمي’ yang artinya : Wasiat Ibuku. Film ini bergenre (?) anime berbahasa arab, menurut abiku anime ini dibeli oleh Saudi dari Jepang, jadi di-dubbing berbahasa Arab dari Saudi, Wallahu A’lam.
Tapi judul asli anime ini setelah googling adalah Akachan To Boku (Baby and I).

Film yang durasinya berjumlah 5 jam dengan 5 episode ini menceritakan tentang kehidupan Sami bersama ayah, adik dan teman-temannya yang penuh lika-liku. Kisah ini dimulai dengan kabar kematian ibu Sami saat ia masih sekolah dasar dan meninggalkan seorang adik bayi bernama Wasim. Namun sebelum kematiannya, ibunya mewasiatkan kepada Sami untuk menjaga, merawat dan mendidik adiknya dengan tangannya dan agar ia bisa menjadi teladan yang baik bagi Wasim.

Menurutku, alur ceritanya sederhana, hanya tentang kehidupan Sami sepeninggal ibunya di rumah bersama adik dan ayahnya, serta di sekolah bersama teman-temannya, yaitu Salim, Hassan dan ‘Ala. Namun banyak hal-hal detail yang menarik, seperti, kedua teman Sami (Salim dan Hassan) memiliki adik yang seumuran dengan Wasim. Adik Salim bernama Ruwaida dan Walid, sedangkan adik Hassan bernama Jaad.

Film ini, keseluruhannya memberi teladan dalam hal pendidikan dan akhlak, serta penerapan syariat Islam dalam keseharian. Meski terkesan sudah biasa, tapi Masya Allah, film ini berjalan lembut dan perlahan, sehingga dapat merasuk pada perasaan. Ada saja adegan yang mampu membuatku tertawa atau menangis. Misalnya, saat Sami dan Wasim dititipkan seekor beo kecil yang dapat berkata, “Assalamualaikum”. Mereka berdua merawat beo itu dengan penuh perhatian, hingga suatu hari, saat waktunya mengajak bermain (dengan mengeluarkannya dari kandang), Wasim membuka pintu kandangnya tanpa sepengetahuan Sami, beo itu terbang keluar melalui jendela ruang tamu.

Sepulangnya Sami, karena ketakutan, Wasim-pun berbohong dengan mengatakan bahwa beo itu dicuri orang. Paman mereka berusaha membantu dengan membeli seekor beo yang mirip dengan sebelumnya, namun yang menjadi masalah adalah, beo baru ini tidak dapat mengucapkan salam.. ^^

Keesokan harinya, paman mereka menyerahkan beo baru itu, tapi pemiliknya mengetahui bahwa ia berbeda, hingga akhirnya Sami mengalah, ia mengatakan bahwa kesalahan terdapat padanya, beo itu hilang. Bagaimanapun ia tak dapat berbohong, ia tak tahu bagaimana yang sebenarnya terjadi, hingga saat matanya mulai berkaca-kaca, Wasim berkata, “saat itu jendela terbuka, dan ketika aku membuka pintu kandang, beo itu langsung terbang keluar.. aku minta maaf..” Wasimpun menangis.

Pemiliknya shock, ia jatuh tersungkur, dan tiba-tiba keajaiban terjadi, beo kecil itu terjatuh di hadapannya dan mengucapkan salam! Subhanallah. Saat itu juga, Sami amat bersyukur, selain karena beo itu telah kembali pada pemiliknya, tapi juga karena akhirnya Wasim menyesali perbuatannya dan mau berkata jujur.

Salah satu scene lainnya yang lucu adalah, saat Ruwaida mengompol di suatu malam karena ia tidak mematuhi nasihat kakaknya untuk ke kamar mandi sebelum tidur, maka malam itu ia terbangun lalu mengganti bajunya dan setelah pulang sekolah ia mengeringkan sendiri kasurnya dengan hair dryer tanpa di cuci. Kejadian itu ia alami selama 3 hari berturut-turut, namun pada hari ke-tiga Salim, Sami dan Wasim memergokinya karena mereka pulang lebih awal, Ruwaida kaget, terlebih saat ia melihat Wasim ikut memergokinya, Wasim hanya berkata, “itu najis, Ruwaida..”

Maka Salim memukul adiknya pelan dan menasihatinya setelah Ruwaida meminta maaf, “kenapa kamu melakukan ini? Tidakkah kamu tau bahwa malaikat tidak memasuki rumah yang ada najis di dalamnya?”

Sebenarnya ada banyak scene indah dalam film ini, tokoh-tokohnya secara tidak langsung mengajarkan bagaimana tugas, kewajiban serta contoh bagaimana seorang kakak yang baik, adik yang baik, guru yang baik, teman yang baik, ayah yang baik, ibu yang baik dan yang terpenting, muslim yang baik.

Diantara hikmah yang dapat kupetik dari beberapa dialog film ini yaitu,
1.   Segala sesuatu dimudahkan sesuai dengan tujuan penciptaannya. Maka gunakan waktu luangmu untuk sesuatu yang bermanfaat untukmu. (Abu Salim)
2.   Seorang mukmin itu jika melakukan sesuatu, ia akan menyempurnakannya, kan? Aku bertanggung jawab atas apa yang telah kumulai, oleh karenanya tidak akan menyerah atau berhenti. (Sami)
3.   Aku tidak akan sembunyi ataupun menghindar, karena kalaupun kulakukan, itu hanya akan menyelamatkanku sesaat dan bukan berarti aku akan terbebas darinya di lain waktu. (Salim)
4.   ‘Kenapa aku harus selalu mengalah? Kenapa apa yang kumiliki harus kuberikan untuk Wasim dan perasaannya? Kenapa perasaanku tidak dianggap?’
‘jawabannya sederhana, karena kau adalah kakak laki-laki’‘lalu kenapa harus aku yang mengorbankan semuanya?’‘Laa haula wa laa quwwata illa billah.. seolah-olah kau telah melupakan wasiat ibumu, Sami..’ (Abu Sami)

Intinya, banyak hal yang dapat kupelajari dari film ini, terutama tentang pendidikan dan akhlak. Karena kelak aku akan menjadi seorang kakak, teman, guru, istri dan tentu saja ibu, Insya Allah.

Sami dan Wasim

Diatas Iman kita tumbuh,
Diatas Akhlak kita terdidik,
Karena pendidikan yang baik menghasilkan warna yang indah,
Besok kita akan menjadi orangtua dan kita akan tahu tanggungjawab kita.

Bogor, 28 Agustus 2015

Sehari menjelang Ujian Formatif 1

You Might Also Like

0 comments

Thank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !

♥ Aisyah