Latest Posts

Perpisahan Khidmah

By 15.21 , , ,

Bismillah.


 24 Mei 2017
Tanggal yang selama ini kutunggu-tunggu, yang kubulatkan dalam kalender dan aku terus menghitung hari.

Terbayang segala penat, lelah dan beratnya amanah akan segera lengser dari bahuku. Amanah sakan dan anak-anak, amanah kelas dan murid-murid, amanah halaqah dan adik-adik. Tiap tetes air mata akan berakhir seketika.
Hari ini tanggal itu tiba.

Aku salah, salah besar. Aku tidak menyangka perkara ini tidak sesimpel bayangannya. Sungguh begitu berat melepaskan semua ini. Berpisah dengan orang-orang yang telah mengisi hidup kita dengan suka duka selama setahun.

Manis sekali bukan? Post-it dengan pola angka 12

Seharian aku menghabiskan waktu di sakan bersama partnerku, kak Sofi. Kami mengumpulkan sisa-sisa momen yang bisa dikenang, untuk terakhir kali. Semalam anak-anak sakanku membuat kejutan menghias sakan dengan berbagai tulisan yang sejujurnya, amat memilukan. Berbagai kata-kata terakhir, ucapan selamat jalan dan doa perpisahan ramai di dalam sakan, mereka membuatnya hingga jam 1 malam lebih.

"Good Luck"

See U Again

Ilalliqaa'

 Aku dan Sakan 12

Aku tidak bisa berekspresi saat itu, aku terdiam, bingung dengan apa yang harus kukatakan atau kulakukan. Senang, haru dan sedih bercampur tak terdefinisi. Mereka bilang itu malam terakhir, meski pendek mungkin, namun paling tidak kita melewatinya bersama.

Pagi ini tanggal itu tiba.
Aku masih disibukkan dengan sejumlah buku yang minta diisi oleh pesan kesan. Aku berfoto dengan kak sofi yang boleh jadi merupakan foto bersama pertama dan terakhir kami. Benar saja, siang sampai sore terasa berlalu begitu cepat, tak terasa waktu sudah ashar.

Inilah saat acara wisuda kami.
Semuanya berjalan dengan lancar dan baik sampai tiba-tiba, setelah acara itu resmi ditutup, pikiranku baru tersadar.

Hey, ini hari terakhir aku di sini, inilah (mungkin) saat-saat terakhir aku melihat wajah orang-orang yang kusayangi, yang membantuku menyusun mozaik hidupku, yang berhikmah mengajarkanku berbagai hal.

Aku akan segera meninggalkan sakan 12 yang penuh kenangan, tawa dan tangis yang bergulir tiada henti. Aku akan meninggalkan anak-anakku yang entah kenapa rasa sayangku baru saja bertumbuh subur akhir-akhir ini. Ya Allah, bila aku diberi kesempatan lagi, aku ingin memperbaikinya dari awal, aku ingin mengenal mereka lebih jauh, menyalakan seberkas cahaya dalam hidup mereka, menjadi berguna bagi mereka.
Ini semua sudah terlambat. Ini semua sudah selesai. Dan aku -mutlak- salah perhitungan.

Asyifa datang menemuiku, gadis unik kakak dari si kembar ini tiba-tiba memelukku erat, jiwaku basah seketika. Air mata mulai meleleh dipipiku membasahi cadar, begitu juga ia. Asyifa-ku, maaf aku harus meninggalkanmu, aku tak punya pilihan, tapi engkau akan selalu kukenang, Insya Allah, sahabat yang selalu nyambung membicarakan topik apapun, dari kleptomania hingga dinosaurus.

Umi menungguku, tak lama anak-anak sakan 6 mengerubungiku, menangis sesegukan, Sofi yang selalu minta uang jajan titipannya, Yuri yang selalu ceria, Tabita yang lucu, Shafa yang cantik dan elegan, Dinda yang lembut, Hani yang polos dan sederhana, mereka bukan anak sakanku, aku bahkan jarang bertemu mereka  tapi betapa aku merasa kehilangan mereka, terutama Sofi dan halaqah ketawanya.

Umi masih setia menunggu di depan aula ditemani Asyifa. Keluar dari aula, air mataku masih belum berhenti, aku tidak kuat untuk ke sakan, hatiku akan remuk dan air mataku akan habis disana.
Akhirnya umi pulang. Umi akan menjemputku ba'da Isya, Asyifa mengantarku ke sakan.

Di depan sakan, anak-anakku sedang berkumpul. Menanti kami, mungkin? Entahlah, tapi yang jelas, begitu aku melihat wajah mereka, aku merasa seolah aku tak akan bisa melihatnya lagi di kemudian hari. Aku pasti akan teramat kehilangan. Tangisku pecah seketika, Jene, Habibah dan yang lainnya memelukku, mereka kemudian membimbingku masuk ke sakan.
Ya Allah, beri aku kesempatan lagi. Aku belum ingin berpisah dengan mereka. Mengapa aku seolah baru terbangun dari sebuah tidur panjang sehingga aku tidak menyiapkan apapun untuk mempersiapkannya? Kupikir bahkan, bila denting waktu kuputar mundur, aku belum dapat memberikan sesuatu yang terkenang untuk mereka. Mereka duduk dan berkumpul di sekitarku, ya Allah.. wajah-wajah ini.. para bidadari mungil ini..

Ada Afifah yang cantik, Azizah yang ramah, Alvina yang bijak, Alvira yang cuek, Chika yang manja dan suka memberi, Faizah yang unik, Fathimah yang tekun, Ghea yang ceria, Habibah yang imut, Hajar yang cerdas, Salsa yang suka fashion, Mutia yang pendiam, Nanda yang Rajin, Rahma yang teliti, Salma yang manis, Khoiriyah yang suka desain, Zeyn yang lucu, Kholish yang baik, Nurul yang sopan, Syahidah yang simpel tapi complicated dan Zahra yang seru..

Semua terjadi begitu cepat, hari-hari beterbangan bebas, momen-momen kebersamaan tiba-tiba meluap di pikiranku.
Kita harus berpisah, mau tidak mau.

Kak Sofi pulang malam itu.. aku yang tadinya hendak menginap semalam lagi tak kuat menahan haru yang mendera, aku menutup mataku, aku juga harus pulang malam ini, aku tidak ingin menghabiskan malam itu dengan tangisan. Aku perlu menenangkan diri, begitu pula anak-anakku.

Aku membereskan barang-barangku, keluar dari sakan yang telah kuhuni setahun ini. Aku bertemu dengan murid-muridku kelas 7, diantaranya Khodijah.. ia menyelipkan surat di tanganku, wajahnya begitu sendu, air mata menggenangi kedua matanya yang indah, ia memelukku erat, Ya Allah, jagalah ia untukku.

Turun tangga, bruk! Shafa Marisa dan beberapa anak kelas 8 D memelukku tiba-tiba, mereka menangis di bahuku,
"Maaf aku tidak bisa menjadi yang terbaik untuk kakak.." bisiknya,
Sudah, kumohon.. semua ini akan membuatku semakin berat meninggalkan kalian. Aku menyayangi kalian.. tenang saja, aku akan senantiasa mendoakan kalian, Insya Allah.. segala kebaikan semoga tercurahkan untuk kalian.

Anak-anak sakanku mengantar sampai ke gerbang, aku berusaha menahan tangis dengan amat sangat, aku tidak ingin membuat mereka sedih, karena kesedihan hanya akan menyesakkan kalian. Aku tidak ingin itu, kalian harus bahagia. Harus.

:')

Ya Allah, bila aku bisa, aku ingin menggenggam hati mereka yang telah menetap kuat dalam lubuk hatiku. Ya Allah, saksikanlah betapa aku mencintai mereka karena-Mu. Kebahagiaan terbesar dalam hidupku adalah bertemu dengan mereka. Aku sadar bahwa sebentar lagi semua ini hanya akan tersimpan dalam memori. Aku tak sanggup membayangkannya. Air mataku tidak berhenti mengalir sepanjang perjalanan ke rumah. Ini aneh sebenarnya, padahal aku merupakan orang yang sulit untuk mengungkapkan perasaan melalui ucapan atau tindakan. Tapi kali ini berbeda, kalian berbeda, kalian istimewa bagiku.

Untuk anak-anak sakanku, anak-anak halaqahku, anak-anak kelasku.. aku mencintai kalian karena Allah. Terima kasih untuk kenangan yang kalian titipkan. Semoga segala kebaikan untuk kalian.
Aku berharap penggantiku nantinya akan lebih baik. Kalian tidak akan sendirian.. Ada Allah, ada cahayaku dan ada orang-orang yang akan terus mencintai kalian karena Allah.
Aku titipkan kalian pada Allah.

Bahagialah.
Bahagialah untukku walaupun bukan bersamaku.
Aku pergi.

You Might Also Like

0 comments

Thank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !

♥ Aisyah