Latest Posts

Tentang Menjadi Isteri dan Ibu Penuh Waktu

By 14.57

 Bismillah.

 


Alhamdulillaah. Laa Haula wa Laa Quwwata Illa Billah.

Segala puji bagi Allah. Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan dan izin Allah.

 

Setahun lebih menjadi seorang isteri dan ibu, setelah sebelumnya (dan seterusnya) menjadi anak bagi umi abi, membuatku merefleksi kembali, tentang peran ini.

Anak perempuan - isteri - ibu.

Bukankah seperti ini fitrahnya? Fitrah yang telah Allah persiapkan segala fasilitasnya dengan sempurna dalam ruh, akal dan fisik kita, Masya Allah.

Tapi kembali, aku teringat beberapa pertanyaan,

Apa benar menjadi seorang isteri sepenuhnya tentang memenuhi kebutuhan suami? Lalu bagaimana dengan kebutuhan diri sendiri? Masa' orangtua yang sudah membesarkan kita dengan darah dan air mata ini hanya berakhir mengabdikan diri untuk membantu pencapaian cita-cita sosok laki-laki yang baru kita kenal dalam beberapa tahun?

Apa iya menjadi seorang ibu berarti kita tidak bisa berkarya? Merelakan diri tidak melanjutkan pendidikan ataupun pekerjaan, atau minimal, menundanya, karena ada anak yang membatasi? Lalu kita harus setiap hari 24/7 di rumah saja mengurus pekerjaan rumah tanpa berkesempatan untuk aktualisasi diri?

 

Eh, betulkah?

Bukankah tadi di awal kita membicarakan tentang, peran isteri dan ibu yang sejatinya bertujuan untuk merawat fitrah perempuan?

Inilah gundah gulana yang mungkin banyak dirasakan oleh para isteri maupun ibu, baik yang baru, ataupun sudah lama, tapi tetap memendamnya.

Ini pula, yang akhirnya membuatku berusaha untuk mencoba mempelajari ilmu yang berkaitan dengan hal ini baik dari sisi syariat Islam maupun sains. Karena sungguh, hanya dengan ilmu, kita bisa berupaya untuk lebih sabar, sebagaimana pesan orang Shalih yg menjadi guru bagi Nabi Musa. Hanya dengan ilmu, seseorang jadi punya pegangan yang membuatnya yakin, sebagaimana Nabi Ibrahim yang terus mencari kebenaran tentang siapa Rabb yang patut disembah.

Maka mari, akhawati.. saudari-saudari ku yang kusayangi fillah, demikian juga para perempuan yang saat ini Allah tetapkan dalam peran sebagai isteri dan ibu, let's pour our mind and soul to this~

 

Sebagai seorang muslimah, sudah sepatutnya kita menyerahkan segala urusan dalam hidup dan mati kita merujuk pada referensi utama yaitu syariat Allah. Islam adalah agama yang membimbing kita secara menyeluruh dan menuntut dari masing-masing kita penyerahan diri secara total, holistik. Aslama-yuslimu-islaaman = surrender.

Oleh karena itu, hal pertama yang harus kita pikirkan adalah, niat kita. Sebagaimana banyak kitab hadist yang mengawali dengan topik pentingnya niat ini. Karena memang sepenting itu. Inilah yang akan menjadi energi penggerak kita. Baik buruknya proses hingga hasil, dapat dipengaruhi salah satu yang utamanya dari awalnya. Jika dari awal, air yang dialirkan sudah kotor, maka bagaimana kita berekspektasi ia akan jernih dengan sendirinya? Jika dari awal sudah tidak benar, maka bagaimana proses dan hasilnya akan benar juga?

Segala hal yang kita lakukan ini. Menikah, mengerjakan pekerjaan rumah, meninggalkan karir, hamil, melahirkan, menyusui, memasak, mencuci, bersih-bersih rumah, berusaha tersenyum meski sedang amat lelah, berusaha bangkit walau sakit, itu semua..

Untuk apa? Untuk siapa?

Mari kembali ke diri kita, belajar untuk jujur terhadap diri sendiri, karena bagaimanapun Allah Maha Tau. Dan jika Allah tau ada kebaikan dalam hati seseorang, maka Allah juga akan mudahkan kebaikan untuk datang padanya. Dan berlaku vice versa. Oleh karena itu, ketika kita mendapati hal yang ternyata tidak nyaman, jangan langsung dialihkan.. mari kita kembali ke diri sendiri, muhasabah, ada apa ini? Apa yang harus kita perbaiki? Karena masalah utamanya memang dari dalam diri kita. Sebagaimana kita bisa melihat orang-orang yang ujiannya jauh lebih besar, tapi bisa lebih tenang, bukankah ini bukti bahwa ketenangan bukan dari kepemilikan kita terhadap faktor-faktor bahagia versi manusia, tapi dari hati yang tulus dan ikhlas dipenuhi kebaikan, sehingga terpancar darinya keberkahan.

Who are you when no one see you (except Allah)?

Itulah diri kita sebenarnya. Diri kita yang sejati. Diri kita yang bebas dari pura-pura. Diri kita yang, kita sendiri yang tau, bagian mana yang perlu diperbaiki.

Belajar untuk ikhlas, melakukan kebaikan, berkata yang baik, tersenyum, rajin, suka berbagi, jujur, memenuhi janji, dan semuaaa kebaikan-kebaikan yang masih bisa kita lakukan sebagai wasilah pemberat amal kebaikan kita kelak di akhirat.

 

Namun, bagaimanapun juga, hidup di dunia tidak akan pernah selesai dengan masalah dan ujian, memang. Tapi.. yang harus selalu kita ingat adalah, seorang muslim tidak punya solusi kecuali Allah.

Tugas kita di dunia adalah melakukan yang terbaik sebisa kita, mempersembahkan amal yang paling indah, menjaga keseimbangan segala sesuatu sesuai porsinya, sebagaimana Al-Qur'an dan Sunnah mengajarkan kita. Karena ternyata, asal ketidak bahagiaan adalah ketidakseimbangan. Dzolim, yaitu meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya.

Dan tahukah kita, bahwa ternyata, menjadi seorang anak perempuan, isteri dan ibu sebagaimana yang telah lengkap panduannya dalam syariat, sudah sesuai dengan fisiologi penciptaan kita.

Perempuan yang secara fisik umumnya memiliki uterus (rahim) dan fleksibilitas tinggi sehingga memang telah Allah berikan fasilitas untuk beribadah dalam peran isteri dan ibu, yang punya kualitas feminin seperti acceptance dan source of love serta berpeluang untuk hamil, melahirkan dan merawat anak-anak.

Perempuan itu punya karakter tembaga, lentur..

Harus bisa fleksibel, dinamis. Fitrahnya engga kaku.. engga cocok perfeksionis.. tak seperti sekolah dan dunia kerja yg statis dan baku.

Inilah kualitas feminim yg harus disadari.

 

Dan kembali lagi, ini bukan soal keinginan kita. Seorang Muslim hidup di atas keinginan Allah. Hamil dan melahirkan, menjadi ibu adalah fase yg Allah takdirkan agar kita mudah berserah diri sama Allah.

Agar kita belajar untuk tidak menuhankan usaha, ilmu ataupun effort kita, belajar untuk surrender pada ketentuan Allah~

Belajar untuk melibatkan Allah dalam setiap proses.

Belajar untuk meniatkan segala sesuatu untuk taat kepada Allah, karena kalau memang niatnya bukan karena Allah, wajar engga Allah kabulkan.

Maka poin penting dalam hidup di dunia yg bisa jadi baru kita dapatkan setelah menikah dan memiliki anak adalah, sadar, ikhlas, surrender pada Allah. Menerima ketetapan Nya dan jalani hidup dengan pemberian terbaik.

Ketika kita melihat kehidupan dengan perspektif iman, maka semoga akan mudah bagi kita untuk mendapat hikmah kebaikan yg Allah ingin kita belajar dari ketetapan Nya.

 

Menjadi isteri dan ibu adalah karir tertinggi, karena atasan nya adalah Allah. Dan sebagaimana pekerjaan, kita harus profesional dan totalitas.

Sehingga setelah menikah dan menjadi ibu, kita tidak pernah kehilangan diri, tapi justeru Allah kembalikan kita terkoneksi pada kesejatian diri sendiri sebagai seorang perempuan, sebagai seorang muslimah. Adapun yg sebelumnya boleh jadi salah karena kita masih ego-sentris, yg seharusnya Allah-sentris.

Menjadi ibu, membuat kita juga belajar untuk memahami kebutuhan kita yg mungkin selama ini kita abaikan. Suka makan fast food, sering begadang, setiap ada perasaan selalu dipendam, dan sebagainya.

Dan setelah menjadi ibu, ada kaidah, what baby needs, mum needs it too.

Kita sebagai ibu jadi belajar untuk memperhatikan makanan yg kita konsumsi sebagaimana kita membuat MPASI se organik mungkin, merutinkan olahra sebagaimana kita mulai prenatal yoga saat hamil, belajar sambil mengajarkan time management, aturan, disiplin dan segala kebaikan yg kita usahakan untuk ditularkan pada anak kita.

 

Masya Allah, Masya Allah..

Ternyata tidak sesederhana itu yaa menjadi isteri dan ibu? Ternyata tidak sesimpel stigma menjadi ibu rumah tangga.. ternyata ada banyak sekali hal yg perlu kita perhatikan dan perbaiki.

Fyuuuh~

Membayangkannya saja sepertinya melelahkan ya?

Tentu!

Memanglah akan lelah, karena inilah dunia, tempat berlelah-lelah. Tempat beramal dan berbuat baik.

Sampai akhirnya kelak.. semoga Allah limpahkan kita dengan karunia untuk berisitirahat saat berpulang ke Syurga Firdaus Nya kelak.

 

Segala aktivitas kita dalam menjalani peran hamba Allah dan spesifik nya sebagai seorang isteri dan ibu sebagai peran yg Allah posisikan kita, kemudian beribadah dan berikhtiar, yuk kita niatkan agar Allah Ridha, bukan agar bahagia, karena kalau Allah Ridha, maka mudah bagi Nya melimpahkan kebahagiaan di hati kita. Bukan supaya anak dan suami sayang.. tapi supaya Allah Ridha, sehingga Allah mudahkan penghuni langit dan bumi sayang sama kita.

Maka sekali lagi, tentang menjadi isteri dan ibu, adalah kerja kita sebagai fastest and easiest track to Syurga, dengan upaya menjaga kesucian diri dan mendukung kiprah laki-laki di sekitar kita untuk menjadi pemimpin, menjadi imam, menjadi versi terbaik diri mereka, adapun kita menjadi makmum, berusaha turunkan ego, karena inilah yg utama, dan inilah shortcut menjadi wanita yg Allah muliakan, sebagaimana empat wanita pemuka ahli Syurga tauladan kita: Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam, Khadijah binti Khawailid dan Asiyah istri Firaun..

Pada akhirnya, dicipta menjadi seorang hamba, yg Allah tempatkan di dunia, adalah menjadi Khalifah yang bekerja, dalam posisi apapun sebagai wanita; anak, isteri, hingga ibu bekerja ataupun ibu rumah tangga, selama kita mengingat Allah dalam setiap upaya, maka semoga usaha yg ditempa menuju keridhaan Nya, membuat kita layak pulang ke Syurga Nya.

 

Dan sekali lagi, ini hanya tentang kita dan Allah.

Segala sesuatu hanyalah tools untuk Allah melihat bagaimana amal kita..

Apakah kita layak untuk kembali ke Syurga, dan kelak melihat wajah Allah yg Mulia..

Semoga Allah mudahkan kita semua di peran ini


---

Acknowledgment

 


Dalam perjalanan belajar untuk menerima peran sebagai isteri dan ibu, Allah memudahkan saya mendapatkan banyak sekali sumber ilmu melalui banyak arah yang tidak disangka-sanga. Alhamdulillah, sega puji bagi Allah yang telah membantu saya menemukan akun Ibu-Ibu Kota Hujan (IIKH) dan mengikuti Beasiswa untuk Ibu yang membuka jalan untuk menjelajahi dunia parenting melalui kelas idaman yaitu serial Wholistic Mamma. Kesempatan berharga dari IIKH ini, yang masya Allah sangat menginspirasi untuk akhirnya berbagi cerita melalui tulisan di atas.

Allah Maha Kuasa mempertemukan kita dengan seseorang yang membutuhkan uluran tangan kita. Lalu melalui orang tersebut, kita akan dipertemukan dengan orang lain lagi yang akan mengulurkan tangannya pada kita. Syukran Jazakumullahu Khayraa, terimakasih banyak IIKH, Bu Intan, Bu Dieta, dan Bu Dela atas dukungan dan kepercayaannya dalam perjalanan pemberdayaan para ibu di Bogor. Beasiswa ini telah menjadi cahaya peluang, menerangi jalan menuju pertumbuhan, pemahaman, dan hubungan yang bermakna bagi para ibu, Masya Allah Tabarakallah.

Masya Allah, luar biasa komitmen IIKH melalui investasi dalam pendidikan para ibu dan secara tidak langsung dalam kesejahteraan keluarga dan msyarakat. Dukungan IIKH tidak hanya membantu membuka pintu, tetapi juga mendorong komitmen untuk belajar selalu dan berbagi pengetahuan demi perbaikan bersama.

 

With love,

Aisyah As-Salafiyah.

You Might Also Like

0 comments

Thank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !

♥ Aisyah