Pindah Rumah (?)
Bismillah.
Beberapa hari lalu,
terbesit dalam diriku keinginan untuk membeli sebuah rak di bawah ranjang
sebagai pengganti dari kasur bawah yang memang jarang digunakan, kupikir dengan
rak di kolong ranjang dapat memaksimalkan organize kamarku sehingga buku-bukuku
bisa kuletakkan disana dan memindahkan meja belajar agar lebih rapi.
Aku juga banyak mendapat
inspirasi berkebun dan menjahit dari laman pinterest.com, kebetulan ada halaman
kecil disamping rumah yang ingin kutanami sayur-sayuran dengan teknik hidroponik,
dan pagar besi dekat kolam pesantren juga ingin kuhiasi dengan pohon rambat
agar terlihat lebih hijau.. mungkin sejenis bunga alamanda, insya Allah.
Selain ide berkebun, yang
sedang kukerjakan juga proyek menjahit, liburan kemarin aku membuat (hampir) 22
desain baju sesuai karakter teman-temanku di kelas XII B (Genius2), dan niatnya
aku juga berharap bisa menjahit semua baju itu dan meminta masing-masing mereka
memakainya.
Tapi tunggu dulu, ada
beberapa hal yang belum kupertimbangkan, saat ini aku sudah kelas 3 MA dan
sebentar lagi lulus, Insya Allah.. lalu kemudian mengabdi dan melanjutkan
kuliah. Namun dimana? Aku bahkan belum yakin jurusan apa yang kuinginkan, kalau
menurut living map yang kubuat beberapa tahun lalu, seharusnya aku mengambil
jurusan psikologi, kebidanan, tata boga atau syariah. Itu beberapa tahun lalu,
sedangkan sekarang, aku belum bisa memastikan.
Ah, sejauh itukah?
Sebenarnya aku belum begitu siap untuk hidup sendiri dan jauh dari keluarga,
meski kedua orang tuaku mendukung keputusanku dengan memberi beberapa masukan
tentunya.
Hey, bagaimana dengan
keinginan-keinginanku? Setelah kupikirkan lebih dalam, mungkin semuanya harus
kutunda dulu, bagaimanapun, abiku menasihatiku untuk fokus belajar di tahun
terakhir MA ini, nanti setelah lulus bolehlah memikirkan yang lainnya.
Begitupun keinginan-keinginanku.
Aku sempat ingin menundanya
sampai aku selesai sekolah, lalu pindah ke tempat baru (dan dunia baru :
perkuliahan), tapi uhm, sampaikah umurku kesana?
Tidak, bukannya aku
pesimis, tapi entah kenapa aku jadi banyak memikirkan tentang pindah rumah
akhir-akhir ini, abiku yang bimbang untuk memfokuskan diri diantara 3 sekolah
yang beliau mengajar disana, abiku agak condong untuk memilih fokus di salah
satu universitas di Sentul, Bogor. Tapi untuk bolak-balik ke rumah setiap hari,
kata abiku, itu akan sangat merepotkan, dan mungkin pilihan terburuk paling
terakhir kami adalah pindah rumah.
Entahlah, aku belum
sempat untuk memikirkan lebih dalam bagaimana hidupku di masa depan, aku hanya
akan berusaha yang terbaik dan meminta kepada Allah agar Ia memberikan yang
terbaik untukku.
Membicarakan tentang
pindah rumah, aku tiba-tiba terbetik dengan suatu pikiran.. Yup! Pada akhirnya
kita memang akan pindah rumah, bukan? Dari dunia ke akhirat?
Kalau dari sekarang aku
berusaha hemat dan menabung untuk kebutuhanku setelah pindah rumah, maka aku
mengingatkan diriku, sudahkah aku berbekal untuk kehidupan abadi nanti?
Disaat aku menunda semua
keinginanku dengan harapan akan terwujud lebih baik lagi setelah pindah rumah,
maka sekuat apa aku telah menahan diriku dari segala keinginan hawa nafsu demi
mendapat yang lebih baik nanti, berupa rumah di Syurga?
Aku selalu menghitung
hari, berapa lama lagi aku di rumah ini? Meski pasti akan berat
meninggalkannya, yang mana tempat ini adalah tanah kelahiranku dan banyak
kenangan telah terpatri disini, tapi bagaimanapun, jika keadaan memaksa kami,
maka apa boleh buat?
Bukankah ini persis
sekali dengan rumah 'dunia' kita ini? Kita tidak tahu kapan akan pindah menuju
rumah 'akhirat' dan rumah mana yang akan kita tinggali? Bukankah kebanyakan
orang berat untuk meninggalkan dunia ini? Bukankah orang-orang berharap dapat
hidup abadi? Masya Allah, sungguh ini perkara yang amat besar, aku salah, ini
semua tidak sesederhana pindah rumah, meski secara pemikiranku yang terbatas
ini, keduanya tampak mirip jika dipermisalkan.
Akan tetapi, aku harus
ingat, bahwa nenek moyang kita (Adam dan Hawa) berasal dari Syurga, kita semua
berada di dunia untuk melaksanakan ujian, ah lagi-lagi aku mempermisalkannya..
tapi benar bukan? Oleh karenanya kita harus mengerjakan dengan sebaik-baiknya
dan memanfaatkan waktu jug sebaik-baiknya, karena kita tidak tau berapa lama
durasi ujian kita ini? Jangan berleha-leha, karena kesalahan atau kekurangan
waktu sedikit saja bisa menjadikan seseorang merugi, bukan.. bukan merugi
karena tidak naik kelas sebagaimana ujian di dunia, karena jika hanya demikian,
setiap orang memiliki kesempatan kedua untuk mengulang. Tapi ujian besar ini,
mempertaruhkan kebahagiaan atau kesengsaraan kita selamanya..
Salah seorang teman
pernah mengingatkanku, perhatikan dengan baik sahabatmu yang akan selalu
bersamamu sampai hari penentuan kelak..
Siapa itu? tanyaku,
Amalanmu, amalan baik
atau amalan burukmu, merekalah yang akan menemanimu di alam kubur, yang dapat
menuntunmu ke kebahagiaan Syurga atau menarikmu ke kesengsaraan Neraka,
ujarnya.
Nb. Maaf bila tulisanku
tidak sesuai dengan judulnya, kutulis pada catatan HP tanpa perencanaan,
tertulis begitu saja bagai mengalirnya air.
Bogor, 12 Agustus 2015
0 comments
Thank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !
♥ Aisyah