Perpisahan Khidmah
Bismillah.
Tanggal yang selama ini
kutunggu-tunggu, yang kubulatkan dalam kalender dan aku terus menghitung hari.
Terbayang segala penat,
lelah dan beratnya amanah akan segera lengser dari bahuku. Amanah sakan dan
anak-anak, amanah kelas dan murid-murid, amanah halaqah dan adik-adik. Tiap
tetes air mata akan berakhir seketika.
Hari ini tanggal itu tiba.
Aku salah, salah besar.
Aku tidak menyangka perkara ini tidak sesimpel bayangannya. Sungguh begitu
berat melepaskan semua ini. Berpisah dengan orang-orang yang telah mengisi
hidup kita dengan suka duka selama setahun.
Manis sekali bukan? Post-it dengan pola angka 12
Seharian aku menghabiskan
waktu di sakan bersama partnerku, kak Sofi. Kami mengumpulkan sisa-sisa momen
yang bisa dikenang, untuk terakhir kali. Semalam anak-anak sakanku membuat
kejutan menghias sakan dengan berbagai tulisan yang sejujurnya, amat memilukan.
Berbagai kata-kata terakhir, ucapan selamat jalan dan doa perpisahan ramai di
dalam sakan, mereka membuatnya hingga jam 1 malam lebih.
"Good Luck"
See U Again
Ilalliqaa'
Aku dan Sakan 12
Pagi ini tanggal itu tiba.
Aku masih disibukkan
dengan sejumlah buku yang minta diisi oleh pesan kesan. Aku berfoto dengan kak
sofi yang boleh jadi merupakan foto bersama pertama dan terakhir kami. Benar
saja, siang sampai sore terasa berlalu begitu cepat, tak terasa waktu sudah
ashar.
Inilah saat acara wisuda
kami.
Semuanya berjalan dengan
lancar dan baik sampai tiba-tiba, setelah acara itu resmi ditutup, pikiranku
baru tersadar.
Hey, ini hari terakhir aku
di sini, inilah (mungkin) saat-saat terakhir aku melihat wajah orang-orang yang
kusayangi, yang membantuku menyusun mozaik hidupku, yang berhikmah
mengajarkanku berbagai hal.
Aku akan segera
meninggalkan sakan 12 yang penuh kenangan, tawa dan tangis yang bergulir tiada
henti. Aku akan meninggalkan anak-anakku yang entah kenapa rasa sayangku baru
saja bertumbuh subur akhir-akhir ini. Ya Allah, bila aku diberi kesempatan
lagi, aku ingin memperbaikinya dari awal, aku ingin mengenal mereka lebih jauh,
menyalakan seberkas cahaya dalam hidup mereka, menjadi berguna bagi mereka.
Ini semua sudah terlambat.
Ini semua sudah selesai. Dan aku -mutlak- salah perhitungan.
Asyifa datang menemuiku,
gadis unik kakak dari si kembar ini tiba-tiba memelukku erat, jiwaku basah
seketika. Air mata mulai meleleh dipipiku membasahi cadar, begitu juga ia.
Asyifa-ku, maaf aku harus meninggalkanmu, aku tak punya pilihan, tapi engkau
akan selalu kukenang, Insya Allah, sahabat yang selalu nyambung membicarakan
topik apapun, dari kleptomania hingga dinosaurus.
Umi menungguku, tak lama
anak-anak sakan 6 mengerubungiku, menangis sesegukan, Sofi yang selalu minta
uang jajan titipannya, Yuri yang selalu ceria, Tabita yang lucu, Shafa yang
cantik dan elegan, Dinda yang lembut, Hani yang polos dan sederhana, mereka
bukan anak sakanku, aku bahkan jarang bertemu mereka tapi betapa aku merasa kehilangan mereka,
terutama Sofi dan halaqah ketawanya.
Umi masih setia menunggu
di depan aula ditemani Asyifa. Keluar dari aula, air mataku masih belum
berhenti, aku tidak kuat untuk ke sakan, hatiku akan remuk dan air mataku akan
habis disana.
Akhirnya umi pulang. Umi
akan menjemputku ba'da Isya, Asyifa mengantarku ke sakan.
Di depan sakan,
anak-anakku sedang berkumpul. Menanti kami, mungkin? Entahlah, tapi yang jelas,
begitu aku melihat wajah mereka, aku merasa seolah aku tak akan bisa melihatnya
lagi di kemudian hari. Aku pasti akan teramat kehilangan. Tangisku pecah
seketika, Jene, Habibah dan yang lainnya memelukku, mereka kemudian
membimbingku masuk ke sakan.
Ya Allah, beri aku
kesempatan lagi. Aku belum ingin berpisah dengan mereka. Mengapa aku seolah
baru terbangun dari sebuah tidur panjang sehingga aku tidak menyiapkan apapun
untuk mempersiapkannya? Kupikir bahkan, bila denting waktu kuputar mundur, aku
belum dapat memberikan sesuatu yang terkenang untuk mereka. Mereka duduk dan
berkumpul di sekitarku, ya Allah.. wajah-wajah ini.. para bidadari mungil ini..
Ada Afifah yang cantik,
Azizah yang ramah, Alvina yang bijak, Alvira yang cuek, Chika yang manja dan
suka memberi, Faizah yang unik, Fathimah yang tekun, Ghea yang ceria, Habibah
yang imut, Hajar yang cerdas, Salsa yang suka fashion, Mutia yang pendiam,
Nanda yang Rajin, Rahma yang teliti, Salma yang manis, Khoiriyah yang suka
desain, Zeyn yang lucu, Kholish yang baik, Nurul yang sopan, Syahidah yang
simpel tapi complicated dan Zahra yang seru..
Semua terjadi begitu
cepat, hari-hari beterbangan bebas, momen-momen kebersamaan tiba-tiba meluap di
pikiranku.
Kita harus berpisah, mau
tidak mau.
Kak Sofi pulang malam
itu.. aku yang tadinya hendak menginap semalam lagi tak kuat menahan haru yang
mendera, aku menutup mataku, aku juga harus pulang malam ini, aku tidak ingin
menghabiskan malam itu dengan tangisan. Aku perlu menenangkan diri, begitu pula
anak-anakku.
Aku membereskan
barang-barangku, keluar dari sakan yang telah kuhuni setahun ini. Aku bertemu
dengan murid-muridku kelas 7, diantaranya Khodijah.. ia menyelipkan surat di
tanganku, wajahnya begitu sendu, air mata menggenangi kedua matanya yang indah,
ia memelukku erat, Ya Allah, jagalah ia untukku.
Turun tangga, bruk! Shafa
Marisa dan beberapa anak kelas 8 D memelukku tiba-tiba, mereka menangis di
bahuku,
"Maaf aku tidak bisa
menjadi yang terbaik untuk kakak.." bisiknya,
Sudah, kumohon.. semua ini
akan membuatku semakin berat meninggalkan kalian. Aku menyayangi kalian..
tenang saja, aku akan senantiasa mendoakan kalian, Insya Allah.. segala
kebaikan semoga tercurahkan untuk kalian.
Anak-anak sakanku
mengantar sampai ke gerbang, aku berusaha menahan tangis dengan amat sangat,
aku tidak ingin membuat mereka sedih, karena kesedihan hanya akan menyesakkan
kalian. Aku tidak ingin itu, kalian harus bahagia. Harus.
:')
Ya Allah, bila aku bisa,
aku ingin menggenggam hati mereka yang telah menetap kuat dalam lubuk hatiku.
Ya Allah, saksikanlah betapa aku mencintai mereka karena-Mu. Kebahagiaan
terbesar dalam hidupku adalah bertemu dengan mereka. Aku sadar bahwa sebentar
lagi semua ini hanya akan tersimpan dalam memori. Aku tak sanggup
membayangkannya. Air mataku tidak berhenti mengalir sepanjang perjalanan ke
rumah. Ini aneh sebenarnya, padahal aku merupakan orang yang sulit untuk
mengungkapkan perasaan melalui ucapan atau tindakan. Tapi kali ini berbeda,
kalian berbeda, kalian istimewa bagiku.
Untuk anak-anak sakanku,
anak-anak halaqahku, anak-anak kelasku.. aku mencintai kalian karena Allah.
Terima kasih untuk kenangan yang kalian titipkan. Semoga segala kebaikan untuk
kalian.
Aku berharap penggantiku
nantinya akan lebih baik. Kalian tidak akan sendirian.. Ada Allah, ada cahayaku
dan ada orang-orang yang akan terus mencintai kalian karena Allah.
Bahagialah.
Bahagialah untukku
walaupun bukan bersamaku.
Aku pergi.
0 comments
Thank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !
♥ Aisyah