Target KKM
Bismillahirrahmanirrahim..
Santri MI Ibnu Taimiyah |
Waktu pembagian hasil UTS
telah tiba, hampir setiap hari kami mengharap cemas melihat setiap lembaran
ujian yang dibagikan, khawatir sekiranya mendapat hasil yang tidak memuaskan
atau dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
KKM menjadi momok
yang menakutkan bagi sebagian santri,
mendapat nilai dibawah KKM berarti mereka harus ikut remedial untuk perbaikan
nilai, namun sebagus apapun hasil remedial, nilai yang akan tercantum dalam
daftar nilai hanya sebatas KKM saja, tidak menyesuaikan dengan hasil yang
dicapai dalam ujian remedial.
KKM yang dirasa begitu
tinggi untuk sebagian santri, menurutku hanya akan membuat mereka tertekan
dalam belajar, padahal seharusnya belajar menjadi sebuah kegiatan menyenangkan
bagi setiap pelajar, namun faktanya beberapa teman di kelasku tampak merasa
terbebani oleh adanya KKM, belajar menjadi suatu pekerjaan dalam meraih target,
ah sudah seperti buruh saja. Bahkan lebih dari itu, KKM seolah menjadi pemicu
terjadinya hal-hal yang tidak terpuji, mencontek misalnya. Alasannya sederhana,
hanya ingin mendapat nilai bagus.
Inilah yang salah
menurutku, bukan KKM-nya, bukan guru-gurunya, bukan sekolahnya ataupun para
santrinya, tapi sistem. Sistem pendidikan saat ini telah membuat suatu
target, kriteria, batasan, standar atau apapun namanya dengan cara yang salah.
Setiap pribadi spesial, unik dan berbeda. Seharusnya tidak ada batasan
penilaian yang sama untuk setiap orang. Simpelnya, ketika seorang santri
mendapat nilai jelek di pelajaran matematika, Bahasa Inggris atau yang lainnya,
ia akan dianggap bodoh, malas atau tidak sungguh-sungguh dalam belajar. Semua
orang memandang dengan cara yang sama sehingga ia akan merasa tersisihkan atau
parahnya ia akan merasa bahwa ia benar-benar tidak bisa apa-apa.
Padahal mungkin tidak ada
yang tahu bahwa meski ia tidak berprestasi di bidang akademik, ia memiliki
kelebihan atau potensi di bidang lain, yaitu olahraga. Namun ya begitulah,
semua menilai hanya dengan standar akademik, siapa yang nilainya bagus, jauh
diatas KKM, selalu juara maka ia-lah yang terbaik, yang pintar, yang rajin,
yang bersungguh-sungguh.
Aku pernah mengenal
seseorang yang kurang dalam kemampuan menghafal, ia memerlukan waktu cukup lama
untuk menghafal pelajaran, ketika seorang santri –yang dikatakan pintar- hanya
menghabiskan 1 jam untuk menghafal satu materi pelajaran, ia akan menghabiskan lebih
dari 3 jam untuk menghafalnya. Maka dengan sungguh-sungguh ia belajar setiap
hari dan berlatih menghafal ketika teman-temannya santai-santai karena mereka
memiliki kemampuan menghafal dengan baik dan cepat.
Namun, ketika ujian
berakhir dan nilai mulai dibagikan, teman-temannya seperti biasa mendapat nilai
yang sangat memuaskan, sementara ia harus puas dengan nilai yang pas-pasan.
Apakah kita akan menilai bahwa ia santri yang malas atau tidak
bersungguh-sungguh? Aku pribadi tidak, tapi kebanyakan iya (bagi mereka yang
tidak mengetahui bagaimana proses belajar yang tidak mudah baginya).
Menghafal Al-Quran |
Terlebih lagi dengan
begitu banyaknya mata pelajaran yang harus dipelajari mau tidak mau, di
sekolahku ada 16 mata pelajaran diluar ekskul dan kegiatan keasramaan, yang
mana dari ke-16 mata pelajaran tersebut, 13 diantaranya adalah pelajaran yang
membutuhkan kekuatan menghafal yang baik, 3 sisanya adalah Bahasa Inggris,
Bahasa Indonesia dan Matematika (di SMA sekolah kami hanya ada jurusan
keagamaan yang ke-13 mapel tersebut adalah mapel diniyah yang semuanya
dipelajari dalam Bahasa Arab, tidak ada jurusan Bahasa, IPA, IPS atau
pelajaran-pelajaran umum seerti Fisika, Kimia, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi,
Komputer dan sebagainya).
Dan dari seluruh santri
di sekolah ini (lebih dari 700 santri) dituntut untuk dapat menguasai semua
pelajaran dengan KKM dan target-target tertentu. Tidak ada salahnya dalam
mempelajari ilmu agama memang, karena ilmu inilah yang akan menuntun kita
menjadi pribadi muslim yang lebih baik.
Tapi yang disayangkan,
tidak ada sarana untuk menyalurkan apa yang menjadi keinginan, bakat, potensi
(atau kebutuhan) kita, karena sekali lagi setiap orang berbeda dan memiliki
keinginan, bakat & potensi yang berbeda pula. Jadi secara tidak langsung,
sistem pendidikan seperti ini hanya akan mengunggulkan setiap santri yang
memang berbakat dalam menghafal dan mempelajari keagamaan dengan mendalam atau
sangat menyukai Bahasa Arab. Sementara santri lain yang bakatnya bukan demikian
akan merasa tertekan atau terbebani karena mereka menjalankan kegiatan yang
pada dasarnya tidak mereka minati, dan bakat mereka sendiri tidak terasah
dengan baik.
Aku banyak memperhatikan
bahwa kebanyakan kunci yang dimiliki orang-orang sukses adalah minat dan rasa suka dalam mendalami suatu
yang mereka sukai. Misalnya saja Helvy Tiana Rosa yang sukses lewat tulisan,
atau Susi Susanti yang sukses lewat bulu tangkis. Apa rahasianya? Yang kutahu,
mereka menyukai bidang tersebut, sehingga bagi mereka mempelajari bidang mereka
tidak terasa seperti sebuah pekerjaan dengan tuntutan atau target-target
tertentu, bagi mereka itu semenyenangkan menekuni hobi, karena memang itu minat
mereka.
Lalu apakah jika seorang
ahli bahasa ditanya tentang suatu perhitungan rumit matematika dan ia tidak
dapat menjawabnya, atau ahli matematika diminta untuk melukis pemandangan dan
ia tidak mampu maka apakah mereka akan dianggap bodoh? Tidak, bukan? Mereka
ahli di bidangnya masing-masing dan toh mereka juga telah sukses unggul di
bidang tertentu yang tidak semua orang memiliki kemampuan di bidang tersebut.
Begitulah, kuharap
setelah ini, setiap dari kita menyadari bahwa setiap pribadi unik dan memiliki
kemampuan tersendiri. Semoga, tidak ada lagi orang yang beranggapan bahwa
seseorang yang tidak dapat mencapai KKM adalah bodoh, atau yang tidak memenuhi
target yang diminta adalah malas. Lagipula, semua KKM atau target itu dibuat
oleh seorang yang paling tidak ahli dibidangnya, maka bagiku, tidak cukup adil
bila ia harus menyamaratakan semua santri dengan standar yang sama seperti yang
ia buat.
Belajar adalah kegiatan
yang menyenangkan, itu yang perlu dipahami, lupakan KKM dan target untuk
sementara, nikmati betapa luasnya pengetahuan yang dapat kita peroleh di
sekolah. Bukan hanya pengetahuan akademik, tapi juga pengetahuan akhlak dan
kepribadian, dari para guru, teman-teman atau para pegawai. Kenali mereka,
lihatlah bahwa kita semua berbeda dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Ingat bahwa ilmu pengetahuan tersebar dimanapun, di sekeliling kita, bahkan
boleh jadi alampun mengajarkan kita sesuatu jika kita mentadabburinya. Ingat
pula bahwa semua nilai dan hasil sebagus apapun itu, tidak akan menjamin
kesuksesan dan kebahagiaan kita ke depannya. Jadi, nikmatilah profesi kita
sebagai pelajar untuk saat ini.
Setiap pribadi adalah
spesial, disadari atau tidak, kita akan menemukan suatu bidang yang kita merasa
suka atau berminat untuk mendalaminya lebih jauh, itulah karunia yang Allah
tetapkan untuk kita, amanah tersebut harus ditunaikan dengan mengasahnya dan
berusaha menghasilkan yang terbaik dalam setiap kegiatan yang kita lakukan,
syukur-syukur dapat bermanfaat untuk orang banyak dan menjadi amal jariyah,
jikapun tidak, maka bermanfaat untuk diri sendiri dan orang-orang terdekat
kita, itu sudah cukup. Maka teruslah berusaha, bila perlu buatlah target dan
KKM sendiri yang tidak memberatkan kita namun membuat kita lebih semangat dan
termotivasi, karena Insya Allah kesuksesan akan muncul dari sana.
Wallahu A’lam.
6 comments
Yup, jika sdh tahu passion maka sukses akan mengikuti
BalasHapusiyaa.. <3 Thanks sudah mampir kak.. :)
BalasHapusmemang iya, KKM itu momok bagi siswa
BalasHapus(soalnya dulu juga pernah ngalamin. pernah juga matematika di bawah kkm which is merah :'( tapi udah diremedial sih)
dan memang iya
sistem pendidikan di indonesia masih banyak kekurangannya
semoga ke depannya bisa lebih dari sekarang
hhe.. Aamiin kak.. ^^
BalasHapusSetiap orang memang punya potensinya masing-masing, ya. Semoga bisa tergali dengan maksimal dengan sistem pendidikan yang mendukung :)
BalasHapusaisyah juga berharap demikian.. ^^
BalasHapusterimakasih sudah mampir, kak Indi..
Thank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !
♥ Aisyah