Latest Posts

Target KKM

By 18.23 , , ,

Bismillahirrahmanirrahim..

Santri MI Ibnu Taimiyah

Waktu pembagian hasil UTS telah tiba, hampir setiap hari kami mengharap cemas melihat setiap lembaran ujian yang dibagikan, khawatir sekiranya mendapat hasil yang tidak memuaskan atau dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

KKM menjadi momok yang  menakutkan bagi sebagian santri, mendapat nilai dibawah KKM berarti mereka harus ikut remedial untuk perbaikan nilai, namun sebagus apapun hasil remedial, nilai yang akan tercantum dalam daftar nilai hanya sebatas KKM saja, tidak menyesuaikan dengan hasil yang dicapai dalam ujian remedial.

KKM yang dirasa begitu tinggi untuk sebagian santri, menurutku hanya akan membuat mereka tertekan dalam belajar, padahal seharusnya belajar menjadi sebuah kegiatan menyenangkan bagi setiap pelajar, namun faktanya beberapa teman di kelasku tampak merasa terbebani oleh adanya KKM, belajar menjadi suatu pekerjaan dalam meraih target, ah sudah seperti buruh saja. Bahkan lebih dari itu, KKM seolah menjadi pemicu terjadinya hal-hal yang tidak terpuji, mencontek misalnya. Alasannya sederhana, hanya ingin mendapat nilai bagus.

Inilah yang salah menurutku, bukan KKM-nya, bukan guru-gurunya, bukan sekolahnya ataupun para santrinya, tapi sistem. Sistem pendidikan saat ini telah membuat suatu target, kriteria, batasan, standar atau apapun namanya dengan cara yang salah. Setiap pribadi spesial, unik dan berbeda. Seharusnya tidak ada batasan penilaian yang sama untuk setiap orang. Simpelnya, ketika seorang santri mendapat nilai jelek di pelajaran matematika, Bahasa Inggris atau yang lainnya, ia akan dianggap bodoh, malas atau tidak sungguh-sungguh dalam belajar. Semua orang memandang dengan cara yang sama sehingga ia akan merasa tersisihkan atau parahnya ia akan merasa bahwa ia benar-benar tidak bisa apa-apa.

Padahal mungkin tidak ada yang tahu bahwa meski ia tidak berprestasi di bidang akademik, ia memiliki kelebihan atau potensi di bidang lain, yaitu olahraga. Namun ya begitulah, semua menilai hanya dengan standar akademik, siapa yang nilainya bagus, jauh diatas KKM, selalu juara maka ia-lah yang terbaik, yang pintar, yang rajin, yang bersungguh-sungguh.

Aku pernah mengenal seseorang yang kurang dalam kemampuan menghafal, ia memerlukan waktu cukup lama untuk menghafal pelajaran, ketika seorang santri –yang dikatakan pintar- hanya menghabiskan 1 jam untuk menghafal satu materi pelajaran, ia akan menghabiskan lebih dari 3 jam untuk menghafalnya. Maka dengan sungguh-sungguh ia belajar setiap hari dan berlatih menghafal ketika teman-temannya santai-santai karena mereka memiliki kemampuan menghafal dengan baik dan cepat.

Namun, ketika ujian berakhir dan nilai mulai dibagikan, teman-temannya seperti biasa mendapat nilai yang sangat memuaskan, sementara ia harus puas dengan nilai yang pas-pasan. Apakah kita akan menilai bahwa ia santri yang malas atau tidak bersungguh-sungguh? Aku pribadi tidak, tapi kebanyakan iya (bagi mereka yang tidak mengetahui bagaimana proses belajar yang tidak mudah baginya).

Menghafal Al-Quran

Terlebih lagi dengan begitu banyaknya mata pelajaran yang harus dipelajari mau tidak mau, di sekolahku ada 16 mata pelajaran diluar ekskul dan kegiatan keasramaan, yang mana dari ke-16 mata pelajaran tersebut, 13 diantaranya adalah pelajaran yang membutuhkan kekuatan menghafal yang baik, 3 sisanya adalah Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Matematika (di SMA sekolah kami hanya ada jurusan keagamaan yang ke-13 mapel tersebut adalah mapel diniyah yang semuanya dipelajari dalam Bahasa Arab, tidak ada jurusan Bahasa, IPA, IPS atau pelajaran-pelajaran umum seerti Fisika, Kimia, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi, Komputer dan sebagainya).

Dan dari seluruh santri di sekolah ini (lebih dari 700 santri) dituntut untuk dapat menguasai semua pelajaran dengan KKM dan target-target tertentu. Tidak ada salahnya dalam mempelajari ilmu agama memang, karena ilmu inilah yang akan menuntun kita menjadi pribadi muslim yang lebih baik.

Tapi yang disayangkan, tidak ada sarana untuk menyalurkan apa yang menjadi keinginan, bakat, potensi (atau kebutuhan) kita, karena sekali lagi setiap orang berbeda dan memiliki keinginan, bakat & potensi yang berbeda pula. Jadi secara tidak langsung, sistem pendidikan seperti ini hanya akan mengunggulkan setiap santri yang memang berbakat dalam menghafal dan mempelajari keagamaan dengan mendalam atau sangat menyukai Bahasa Arab. Sementara santri lain yang bakatnya bukan demikian akan merasa tertekan atau terbebani karena mereka menjalankan kegiatan yang pada dasarnya tidak mereka minati, dan bakat mereka sendiri tidak terasah dengan baik.

Aku banyak memperhatikan bahwa kebanyakan kunci yang dimiliki orang-orang sukses  adalah minat dan rasa suka dalam mendalami suatu yang mereka sukai. Misalnya saja Helvy Tiana Rosa yang sukses lewat tulisan, atau Susi Susanti yang sukses lewat bulu tangkis. Apa rahasianya? Yang kutahu, mereka menyukai bidang tersebut, sehingga bagi mereka mempelajari bidang mereka tidak terasa seperti sebuah pekerjaan dengan tuntutan atau target-target tertentu, bagi mereka itu semenyenangkan menekuni hobi, karena memang itu minat mereka.

Lalu apakah jika seorang ahli bahasa ditanya tentang suatu perhitungan rumit matematika dan ia tidak dapat menjawabnya, atau ahli matematika diminta untuk melukis pemandangan dan ia tidak mampu maka apakah mereka akan dianggap bodoh? Tidak, bukan? Mereka ahli di bidangnya masing-masing dan toh mereka juga telah sukses unggul di bidang tertentu yang tidak semua orang memiliki kemampuan di bidang tersebut.

Begitulah, kuharap setelah ini, setiap dari kita menyadari bahwa setiap pribadi unik dan memiliki kemampuan tersendiri. Semoga, tidak ada lagi orang yang beranggapan bahwa seseorang yang tidak dapat mencapai KKM adalah bodoh, atau yang tidak memenuhi target yang diminta adalah malas. Lagipula, semua KKM atau target itu dibuat oleh seorang yang paling tidak ahli dibidangnya, maka bagiku, tidak cukup adil bila ia harus menyamaratakan semua santri dengan standar yang sama seperti yang ia buat.

Belajar adalah kegiatan yang menyenangkan, itu yang perlu dipahami, lupakan KKM dan target untuk sementara, nikmati betapa luasnya pengetahuan yang dapat kita peroleh di sekolah. Bukan hanya pengetahuan akademik, tapi juga pengetahuan akhlak dan kepribadian, dari para guru, teman-teman atau para pegawai. Kenali mereka, lihatlah bahwa kita semua berbeda dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ingat bahwa ilmu pengetahuan tersebar dimanapun, di sekeliling kita, bahkan boleh jadi alampun mengajarkan kita sesuatu jika kita mentadabburinya. Ingat pula bahwa semua nilai dan hasil sebagus apapun itu, tidak akan menjamin kesuksesan dan kebahagiaan kita ke depannya. Jadi, nikmatilah profesi kita sebagai pelajar untuk saat ini.

Setiap pribadi adalah spesial, disadari atau tidak, kita akan menemukan suatu bidang yang kita merasa suka atau berminat untuk mendalaminya lebih jauh, itulah karunia yang Allah tetapkan untuk kita, amanah tersebut harus ditunaikan dengan mengasahnya dan berusaha menghasilkan yang terbaik dalam setiap kegiatan yang kita lakukan, syukur-syukur dapat bermanfaat untuk orang banyak dan menjadi amal jariyah, jikapun tidak, maka bermanfaat untuk diri sendiri dan orang-orang terdekat kita, itu sudah cukup. Maka teruslah berusaha, bila perlu buatlah target dan KKM sendiri yang tidak memberatkan kita namun membuat kita lebih semangat dan termotivasi, karena Insya Allah kesuksesan akan muncul dari sana.


Wallahu A’lam.

You Might Also Like

6 comments

  1. Yup, jika sdh tahu passion maka sukses akan mengikuti

    BalasHapus
  2. iyaa.. <3 Thanks sudah mampir kak.. :)

    BalasHapus
  3. memang iya, KKM itu momok bagi siswa
    (soalnya dulu juga pernah ngalamin. pernah juga matematika di bawah kkm which is merah :'( tapi udah diremedial sih)

    dan memang iya
    sistem pendidikan di indonesia masih banyak kekurangannya

    semoga ke depannya bisa lebih dari sekarang

    BalasHapus
  4. Setiap orang memang punya potensinya masing-masing, ya. Semoga bisa tergali dengan maksimal dengan sistem pendidikan yang mendukung :)

    BalasHapus
  5. aisyah juga berharap demikian.. ^^
    terimakasih sudah mampir, kak Indi..

    BalasHapus

Thank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !

♥ Aisyah