Implementasi Hifdzu Nasl dalam Menghadapi Covid-19
Bismillah.
COVID-19
kini menjadi pandemi yang menyebar hampir di seluruh belahan dunia, hingga
ditulisnya artikel ini (10 Mei 2020/ 17 Ramadhan 1441 H), data statistik World
Health Organization menyatakan bahwa kasus positif COVID-19 telah mencapai
angka 3,9 juta kasus dan 274 ribu kematian. Istilah COVID-19 sendiri merupakan
singkatan dari Corona Virus Desease 2019, dikarenakan virus ini pertama kali
teridentifikasi penyebarannya pada akhir tahun 2019 lalu di Wuhan, China.
COVID-19
mengakibatkan banyak dampak yang mengubah segala sesuatu di sekitar kita,
membuka sudut pandang baru tentang banyak hal, membuat kita mulai merasa
kehilangan hal-hal yang selama ini kita take-for-granted, dari mulai melihat
pemandangan di luar rumah, jalan-jalan bersama keluarga, hingga shalat tarawih
berjamaah di masjid, sahur on-the-road ataupun buka puasa bersama. Di sisi
lain, COVID-19 juga berdampak pada gangguan perekonomian, praktik ihtikar/ penimbunan masker, APD, hand
sanitizer mulai banyak terjadi, dan fenomena panic-buying masyarakat menjadikan
kita sulit mendapatkan beberapa kebutuhan.
Pandemi
ini ini juga memunculkan berbagai kebiasaan baru yang disebut dengan the new
normal, sesuatu yang awalnya belum pernah terjadi. Misalnya kebiasaan mencuci
tangan dengan sabun setelah menyentuh benda-benda di tempat umum, menjaga jarak
fisik, work from home, belajar dari rumah, belanja secara daring dan hal
lainnya yang terjadi setelah adanya pandemi ini. Lalu bagaimana menyikapi the
new normal? Bagaimana kita kita beradaptasi dalam masa pandemi ini? Terutama
sekali mengantisipasi dampak negatif pada keluarga kita yang saat ini boleh
jadi dalam
keadaan panik karena tidak bisa melaksanakan rutinitas hariannya.
Penanganan
COVID-19 ada baiknya menggunakan langkah-langkah yang sesuai dengan Maqashid
Syariah, karena keseluruhan komponen Maqashid Syariah telah dirancang sebagai
tujuan syariat yang berhubungan dengan manusia, empat komponen internal yang
terdiri dari agama, akal, jiwa dan keturunan, serta 1 komponen eksternal, yaitu
harta. Maqashid Syariah sendiri adalah tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari
suatu ketetapan hukum dari Allah agar tercapainya kemaslahatan dan
kesejahteraan manusia melalui dar-ul mafasid (menolak keburukan) dan jalb
mashalih (mendapatkan kebaikan).
Maqashid
Syariah bersifat universal, sehingga dapat digunakan untuk menentukan
prioritas, yang sekaligus juga menjawab permasalahan kemanusiaan, sosial,
kemiskinan bahkan kelaparan. Contoh nyatanya dapat kita lihat pada kisah
Khalifah Umar bin Khattab dan seorang ibu yang memasak batu, terdapat prioritas
Umar yaitu menjaga jiwa, dalam hal ini bagi ibu tersebut dan anak-anaknya. Pun
ketika terjadi thaun (wabah) Amwas dan Aam (tahun) Ramadha, beliau mengimpor
dari daerah lain dalam rangka menjaga harta. Demikian juga ketika Khalifah Umar
hendak memasuki suatu daerah, namun diberi tahu di sana sedang ada wabah, maka
beliau tidak jadi masuk, ini termasuk bentuk menjaga jiwa.
Maqashid
Syariah terdiri dari beberapa komponen, salah satu komponen yang sangat penting
adalah hifdzu nasl atau menjaga keturunan. Hal ini menunjukkan bahwa di antara
tujuan syariat adalah menjaga keturunan dan termasuk juga menjaga keluarga,
memastikan umat muslim menghasilkan generasi yang baik untuk menjadi Ummat
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan menyebarkan dakwah Islam. Masa
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau lockdown inilah saat terbaik untuk
meningkatkan hubungan dengan keluarga, sakinah mawaddah warahmah-nya selama di
rumah. Mengeratkan rasa cinta dengan keluarga, orang tua, pasangan, anak-anak
dan sanak saudara.
Jaga Dirimu dan Keluargamu dari Api Neraka
Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Kalian semua adalah pemimpin dan seluruh
kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin. Penguasa adalah
pemimpin dan seorang laki-laki adalah pemimpin, wanita juga adalah pemimpin
atas rumah dan anak suaminya. Sehingga seluruh kalian adalah pemimpin dan
setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin.” (Muttafaqun
alaihi). Hadits tersebut menyatakan bahwa kita semua pemimpin, kita
bertanggungjawab atas peran yang kita jalani saat ini, maka sudah selayaknya
respon terbaik kita menghadapi COVID-19 adalah dengan menunjukkan identitas
kita sebagai seorang yang beriman, dan mengajak keluarga kita untuk tetap dalam
keadaan beriman.
Maka,
mulailah dengan bersyukur. Mungkin akan ada pertanyaa, apa yang bisa kita
syukuri dalam keadaan serba sulit ini? Masya Allah, bila kita melihat lagi
keadaan sekitar kita, ternyata banyak sekali hal yang bisa kita syukuri. Allah
Maha Kuasa masih memberikan kita kehidupan yang baik dan aman, kita memang
dalam masa PSBB, namun bukan berarti seperti isolasi seperti keadaan perang,
kita masih bisa mendapat air bersih, makanan untuk sahur dan berbuka, shalat
dengan nyaman dan masih bisa berkomunikasi serta mengontak orang-orang
tersayang seiring dengan perkembangan teknologi saat ini. Maka mulai sekarang,
mari ajak keluarga, orang tua dan anak-anak kita untuk bersyukur, katakan
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah.
Hal
ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam: “Sungguh
menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini
tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan
kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.
Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu
merupakan kebaikan baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999
dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu).
Sebagai
seorang mukmin, maka mari bertindak sebagaimana seharusnya seorang mukmin,
menjadi role model yang menakjubkan urusannya. Kita bisa mencontoh bagaimana
Khadijah bintu Khuwailid yang begitu tangguh menjadi tiang penguat keluarga, ia
bertindak dengan penuh perencanaan, bahkan ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam merasa ketakutan setelah mendapat wahyu pertama, Khadijah tetap tenang
dalam situasi tersebut, beliau menyelimuti Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam dan mengucapkan kata-kata yang menenangkan. Kita semua adalah role
model orang yang beriman, mari kita mencerminkan sikap seorang mukmin yang
nantinya dirasakan keluarga, tetangga, masyarakat, sejarah, dan yang terpenting
disaksikan oleh Allah Subhanu Wa Ta’ala.
Kita
menyatakan bahwa kita beriman pada Allah dalam dua kalimat Syahadat, maka
inilah saat terbaik untuk merealisasikan pancaran keimanan kita, manifestasikan
dalam tindakan kita hingga orang-orang di sekitar kita merasakannya. Kita yakin
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, Ia yang mengontrol semuanya, sehingga tak
ada yang perlu khawatir berlebihan, Allah telah menetapkan kejadian ini di lauh
mahfudz, apa yang telah Allah tetapkan untuk kita pasti akan sampai kepada
kita.
Kita
membaca dalam surat Al-Insyiroh, setiap kesulitan diikuti oleh kemudahan,
bahkan untuk satu kesulitan, ada dua kemudahan yang mengikutinya. Apakah kita
meyakininya? Ketahuilah bahwa dalam hidup, kita pasti akan selalu diuji, apapun
bentuknya, dan yang berhak mendapatkan kabar gembira, kata Allah, adalah mereka
yang sabar. Sabar bukan dalam artian berpikir, ok ini akan berlalu, tapi juga
sabar dengan tetap kontinyu melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangannya
dan tetap beriman, kemudian ber-istirja’ (mengucapkan Innalillahi wa Inna
Ilaihi Raji’un), mengingatkan diri kita bahwa kita ini milik Allah, kita tidak
bisa mengontrol apapun di sekitar kita kecuali dengan daya dan upaya yang
berasal dari-Nya. Hidup ini sementara, faktanya adalah kita semua milik Allah,
keluarga kita, anak-anak kita, semuanya milik Allah. Kita yakin ada Allah yang
mengatur semua ini, dalam sekejap mata, Allah bisa mengubah semuanya,
keberadaan COVID-19 ini membutikan bahwa
kita adalah makhluk yang lemah, amat sangat butuh pada Allah.
Selalu
ada kesempatan dalam setiap keadaan, di
antara kesempatan tersebut adalah kesempatan untuk peduli dengan orang lain,
tetangga, masyarakat dan membantu mereka. Selain itu, inilah kesempatan untuk
kita fokus pada hal-hal penting di sekitar kita. PSBB yang diberlakukan saat
ini mengharuskan kita untuk slow-down, ini adalah kesempatan terbaik untuk
bermuhasabah, melihat lebih dalam, apa yang sebetulnya kita cari, apa yang
sebenarnya keluarga kita butuhkan. Toh kita bisa tetap mengontak orang-orang
tersayang kita, berkumpul dengan keluarga via media daring bahkan yang terjauh.
Kita juga mendapat banyak kesempatan bersama keluarga di rumah, komunikasi
dengan anak-anak secara offline, membaca buku bersama, mengajarkan banyak hal
yang tidak mereka pelajari di sekolah. Karena bagaimanapun, kita sebagai
orangtua, atau kakak, tidak selamanya bersama mereka, setidaknya ada bekal yang
kita berikan, untuk nantinya mereka menghadapi masa depan, Insya Allah.
Cari
tahu apa yang bisa kita pelajari selama masa pandemi ini. Perbanyak taubat.
Sadari bahwa kita adalah makhluk Allah yang selalu berbuat dosa, tanpa henti,
namun anehnya kita selalu ingin Allah selalu memberi kita karunia-Nya, dan
Allah Maha Baik memberi kita kehidupan yang aman, namun kita menggunakan
pemberian Allah tersebut untuk bermaksiat lagi, jadi mulailah meperbaiki diri,
perbaiki keluarga dan lingkungan kita. Buat rutinitas yang sehat untuk
keluarga, tentukan jadwal harian yang bermanfaat, dan terutama untuk perempuan,
para ibu, jadikan ini project keluarga. Adakan pertemuan keluarga, buat rapat
bersama, sepakati apa yang akan dilakukan, buat rencana harian, pekanan,
bulanan bersama. Project terbaik adalah yang tetap berjalan meski ada hambatan,
meski tetap ada perubahan dan adaptasi, untuk menjadi lebih baik.
Adapun
laki-laki, para ayah berperan sebagai CEO sebuah keluarga. Ibarat sebuah
perusahaan, bahkan lebih perlu untuk diberikan perhatian, adakan rapat bersama,
menghadapi tantangan bersama, mengingatkan visi misi bersama, untuk kemudian
masing-masing mengerjakan tugas dan kewajibannya dalam rangka mendapatkan ridha
Allah dan bisa senantiasa bersama sampai Syurga.
Penting
untuk diingat juga, mendengarkan orang lain, orangtua, pasangan,
saudara-saudari, terutama anak-anak. Kita harus memotivasi mereka dan membantu
mereka melewati ini. Anak-anak kita punya hati, mereka juga merasakan kesedihan
ini, emosi kehilangan teman-teman, sekolah, belajar di kelas, segala perubahan
ini. Orangtua perlu memberikan kesempatan untuk mereka bercerita, merefleksikan
apa yang mereka rasakan, memberikan pemahaman dan dukungan untuk lebih kuat
melewati ini. Biarkan mereka mengekspresikan perasaannya, kemudian ajak mereka
diskusi bagaimana menghadapi masalah ini, dan sebagai orangtua, kita juga harus
tetap tenang, kitalah yang berperan menenangkan mereka, ajak mereka tetap
produktif bersama.
Masa
di rumah ini, jadikan juga sebagai kesempatan untuk memperbanyak ibadah dan
mendekatkan diri pada Allah. Ajak anak-anak untuk berdoa kepada Allah. Miris
sekali mendapati banyak anak-anak kita sekarang yang tidak tahu bagaimana
berkomunikasi dengan Allah, karenanya ajaklah mereka berdoa, mengangkat tangan
ke langit, memohon pada-Nya. Kita mungkin sudah banyak mempersiapkan masa depan
anak-anak, namun kita tak selalu bersama mereka, Allah-lah yang selalu bersama
mereka, ajarkan mereka bagaimana menyebut nama Allah, Asmaul Husna, membaca
Al-Quran, mengucapkan doa-doa, memohon pada-Nya, ajarkan mereka agar selalu
meminta pertolongan pada Allah, agar selalu mendekat pada Allah, kembali pada
Allah, beri pemahaman bahwa kita selalu membutuhkan Allah kapanpun dan dimanapun.
Terkadang
ketika menghadapi masalah, kita lebih cenderung fokus pada solusi short-term,
namun jangan lupa untuk memastikan keluarga kita, anak-anak kita tetap bahagia,
berolahraga, menjaga kesehatan, melihat keindahan di sekitar serta melakukan
hal-hal yang menyenangkan bersama. Jangan sampai kepanikan menjadikan kita
lalai dari hal-hal indah yang Allah karuniakan pada kita, jadilah orang yang
positif bagi orang-orang di sekitar kita, keluarga kita, anak-anak kita.
Berdasarkan
semua bahasan ini, mungkin kita merasa banyak dituntut untuk memperhatikan
orang lain, jadi mari luangkan waktu sejenak, kita juga perlu perhatikan diri
kita sendiri, self-care, beri waktu untuk menyendiri, refresh diri sendiri,
dengan secangkir kopi, membaca sejarah nabi, belajar bahasa, menyimak murattal
favorit atau apapun itu. Kita tidak akan bisa menolong orang lain bila kita
tidak bisa menolong diri kita sendiri terlebih dahulu, jadi tetaplah menutrisi
jiwa. Lakukan hal-hal yang ingin kita lakukan. Semua Alhamdulillah sudah tersedia,
sumber-sumber di internet bisa diakses hanya dengan sentuhan jari untuk upaya
menjaga kesehatan mental kita, karena bila kesehatan mental ini diabaikan, bisa
berakibat pada fisik kita juga.
Terakhir,
tetaplah menjaga hubungan baik dengan orangtua, saudara-saudara dan tetangga
kita, meski mungkin tidak bisa secara langsung, tetap keep in touch, jangan
sampai terlalu sibuk dengan dunia kita sendiri, rumah kita sendiri, mungkin
bisa dimulai dengan chat media sosial atau mengirim surat. Posisikan diri kita
sebagai seorang mukmin yang bertanggung jawab pada orang-orang di sekitar kita
juga, dan pastikan, ‘no one left behind’.
Semoga
Allah senantiasa menjaga dan melindungi kita, keluarga dan keturunan kita semua
dari pandami COVID-19 ini, karena Allah adalah sebaik-baik pelindung.
Wallahu A’lam Bisshawab.
Bogor, 10 Mei 2020 M/ 17 Ramadhan 1441 H
0 comments
Thank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !
♥ Aisyah