Catatan Tahfidz Ramadhan II (Program Murajaah) Part 2
Lanjutan Part 1
Bismillahirrahmanirrahim..
Ada beberapa hal unik
yang kuingat selama aku disana diantaranya adalah adanya panggilan-panggilan
khusus antar kami, seperti kak Afi yang memanggil Dais ‘adik ipar’ dan Dais
memanggilnya ‘kakak ipar’ (bahkan kata Dais kalau bisa saat walimahnya, semua
anggota program murajaah hadir sekalian reuni, hhe..), kak Azizah yang dipanggil
‘yu jijah’ oleh kak Afi dan kak Sholihah, kak Sholihah yang dipanggil ‘Solik’
oleh kak Afi, Ghina yang dipanggil ‘mami’
oleh Dais dan kak Afi karena suka memberi nasihat dan aku yang dipanggil
‘miss perfeksionis’ oleh kak Rahmi.
Disana, selain ikut program
murajaah Ma’had Syathiby aku juga ikut daurah Nahwu setelah diajak oleh Ghina,
selain aku dan Ghina, Syaima (musyrifahku), kak Sholihah dan kak Azizah juga
ikut, disana aku bertemu kak Sarah Kujjah (teman mayaku), daurah itu diisi oleh
ustadz Irham dengan kitab berjudul At-Tashiil. Daurah itu berjalan selama 5
hari, meski belum semua isi kitabnya terbahas, paling tidak untukku, aku bisa
memurajaah nahwu sekaligus mendapat beberapa pengetahuan baru, diantaranya
perkataan Ghina yang membuatku kagum,
“Kalau Yunani mengumpamakan matahari itu laki-laki dan bulan perempuan, tapi ternyata dalam ilmu Nahwu sebaliknya, matahari itu dianggap perempuan dan bulan laki-laki”
Oya, pada hari keempat
daurah, saat itu aku pulang bersama Syaima, kami menemukan seekor kucing kecil
berbulu abu-abu yang terlantar di jalanan, karena kasihan, kami membawanya
pulang ke asrama. Kebetulan saat itu ada seekor kucing berbulu hitam-putih yang
sering main ke asrama kami saat Subuh dan Maghrib, saat sahur dan berbuka
karena biasanya kami menyisihkan sedikit untuknya. Saat kucing kecil abu-abu
itu dibawa ke asrama, Syaima menyarankan agar mereka berdua diberi nama,
akhirnya kak Rahmi memberi nama si kucing hitam-putih itu Tommy dan si kucing
kecil itu Choky, namun pada akhirnya kak Rahmi lebih sering memanggil Tommy
dengan ‘Abang’ dan Choky ‘Adek’. Setelah beberapa hari, ternyata abang dan adek
(Tommy dan Choky) sering bertengkar, dan yang sering melerai mereka adalah kak
Rahmi, sampai-sampai ia memperlakukan mereka seperti anak kecil dan sering
berkata pada Tommy,
“abang yang baik sama adeknya dong..”
Pada akhirnya, karena
pertengkaran mereka selalu terjadi, kamipun sepakat untuk mengembalikan Choky
ke tempat kami menemukannya, karena kasihan kami melihatnya sering (seolah)
dibully oleh Tommy.
Selama disana, aku sering
sekali menuliskan perkataan teman-teman yang menurutku berkesan atau mengandung
nasihat di buku agendaku, saking seringnya, kak Rahmi sampai bilang,
“kalau Doraemon punya kantong ajaib yang isinya bermacam-macam, Aisyah punya buku ajaib yang isinya juga bermacam-macam”
Awalnya, saat aku, Ghina,
Dais dan kak Afi sering berbuka di asrama, sedangkan yang lain ada yang di
asrama ungu, ada yang di masjid dan ada juga yang pulang karena rumahnya dekat.
Waktu itu secara tidak sengaja, kami menemukan fakta menarik bahwa kami
berempat ternyata berbeda golongan darah, aku O, Ghina AB, Dais A dan kak Afi B,
akupun menuliskannya karena kupikir jarang 4 orang dengan golongan darah yang berbeda bisa saling dekat satu sama lain, berawal juga dari
kata-kata Ghina saat pertama kali menasihatiku saat aku sedih, rindu dengan
keluarga di rumah, ia berkata,
“sabar aja, waktu pasti berlalu..”
Aku suka dengan psikologi,
terutama yang berhubungan dengan pembagian karakteristik dan sifat, aku juga
suka menilai orang berdasarkan sifat dominan yang kulihat, dari teman-teman di
asrama murajaah yang bertahan hingga akhir, yaitu : Ghina yang unik, Dais yang
seru, kak Rahmi yang keibuan dan berjiwa pendidik, kak Afi yang alim, kak Azizah yang ramah, kak Sholihah yang lucu dan berprinsip, dan Syaima
yang super pendiam.
Aku juga sempat mampir ke
toko buku Muslim Gallery, aku mampir kesana bersama kak Rahmi dan Ghina di
suatu sore, kami membeli beberapa buku, dan Masya Allah buku-buku di sana
bagus-bagus sekali, rasanya jadi ingin membeli semua, apalagi dengan adanya
diskon di setiap belanja, aku merekomendasikan teman-teman untuk mampir kesana
jika ingin mencari buku-buku Islam, lokasinya tepat di depan outlet Rodja, jika
ada kesempatan, aku juga ingin berkunjung lagi insya Allah.
Pada beberapa hari
terakhir sebelum perpulangan, ada orang iseng yang memasang guling dibungkus
kain putih seperti pocong di sebuah pohon di belokan menuju asrama murajaah.
Pertama kali aku melihatnya saat sedang bersama Ghina menjelang Maghrib, saat
kulihat dari jauh, kupikir ‘apa itu putih-putih di pohon?’ saat mendekat, Subhanallah
ternyata pocong-pocongan, awalnya aku merasa takut karena kukira hanya aku yang
melihatnya, ternyata Ghina juga, akupun langsung menunduk dan berlari kecil
diikuti Ghina yang malah tertawa. Setelah diceritakan di asrama, ternyata kak
Sholihah dan kak Azizah juga sudah melihatnya sejak kemarin, dan mereka biasa
saja. Keesokan harinya kami melihat bersama-sama dan ternyata benar, yang
memasang kok niat sekali sampai dibuat persis begitu, meski hasilnya memang
lucu sih, hhe.. tapi 2 hari kemudian benda itu sudah tidak ada lagi di
tempatnya, sepertinya sudah diangkat oleh yang punya, Alhamdulillah..
Hari terakhir, 20
Ramadhan 1436 H. Hari yang ditunggu-tunggu, tapi tunggu, entah kenapa hari itu
perasaanku campur aduk, antara senang dan sedih. Senang karena akan bertemu dan
berkumpul kembali dengan keluargaku dan pulang ke rumah, tapi sedih karena akan
berpisah dengan saudari-saudariku yang meski belum genap sebulan kukenal, tapi
sudah menempati ruang dalam mozaik hatiku.
Di hari terakhir itu
diadakan tes hafalan, untuk program murajaah yang diujikan ya sejumlah murajaah
yang telah disetorkan, kami semua diuji oleh kak Azka (yang waktu itu anggota
halaqohnya tinggal aku sendiri karena kak Muslimah sakit, kak Tika dan Dais
sudah pulang) sedangkan Syaima ikut menguji anggota program umum. Aku mendapat
giliran kedua setelah kak Afi, tidak begitu lancar memang, tapi Alhamdulillah
akhirnya aku bisa menyelesaikan ketiga soal yang diberikan oleh kak Azka.
selesai tes hafalan, ada pembagian hadiah dan sertifikat, setelah itu foto
bersama, setelah itu resmilah kegiatan Tahfidz Ramadhan II ini berakhir.
Aku dijemput oleh ummi
dan ditemani beberapa teman ummi yang anak-anaknya akan ikut I’tikaf di masjid
Al-Barkah karena kebetulan abi dan adik-adikku tidak bisa mengantar. Aku
dijemput saat Dzuhur, semua sudah pulang ke rumah masing-masing kecuali kak
Sholihah dan kak Azizah karena rumah mereka dekat, jadi pulang paling terakhir.
Perjalanan pulang
kuhabiskan dengan mengingat-ingat apa saja pelajaran yang kudapatkan selama 20
hari disana, ternyata amat banyak sekali.. bukan hanya kesempatan untuk
murajaah dengan disiplin, tapi juga pelajaran hidup untuk toleransi, kerja
sama, tolong-menolong, berbagi dan
banyak lagi. Diantara semua itu, yang paling mengena bagiku adalah belajar
bagaimana menjadi percaya diri, karena menurut teman-temanku, kepercayaan
diriku rendah sekali, hehe.. maaf ya teman-teman.. Kak Rahmi bilang padaku,
“Harus percaya diri, jadilah diri sendiri selama tidak merendahkan orang lain”
Iya kak, insya Allah aku
akan mengingatnya..
~~~
Untuk Ummu Aisyah, Ummu
Yahya, Kak Azka, Syaima Rahmat, Ghina Aprillia, kak Rahmi Indrizna, Dais
Latifah, kak Afifah Amani Nabila, kak Azizah Amdad, kak Mar’atussolihah, kak
Nur Atikah, kak Muslimatul Marhamah, kak Hilwa Muchsinah, Fadhlin Augustine
Auliya, Nun, Wardah, Syifa, Hanan, kak Zahro, kak Yu’mim Billah, Falisa,
Fajrin, Berliana Safitri, kak Qothrun Nada, kak Romlah dan semua teman-temanku
di ma’had Asy-Syathiby, Jazakunnallah Khairan Katsiron, Uhibbukunna Fillah.
الحياة متعبة و معكنّ تحذف الباء
0 comments
Thank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !
♥ Aisyah