I Love Abi
Bismillahirrahmanirrahim..
Namaku Aisyah, aku
tinggal bersama kedua orang tuaku. Rumah kami berada di pinggiran metropolitan,
meskipun hidup kami sederhana, tapi hal tersebut tidak menyurutkan semangatku
untuk belajar, buktinya aku selalu menduduki ranking pertama hingga aku menginjak
kelas 1 SMP. Hanya saja, walaupun aku mendapat juara, aku jarang diberikan
hadiah oleh orang tuaku. Dulu, abiku bekerja sebagai karyawan rendahan di
pesantren, gajinya mungkin tidak banyak, umiku hanya ibu rumah tangga yang
sehari-harinya bekerja di rumah, dulu umi pernah mengajar di TK dekat rumah,
tapi karena suatu sebab, beliau tidak mengajar lagi, dan mengabdikan dirinya
untuk mengurus rumah tangga.
Dalam keluarga, aku adalah anak pertama,
hal inilah yang membuat hubunganku dengan abi begitu dekat, walaupun abi hanya
karyawan rendahan, tapi abi tidak pernah minder, apalagi menyerah dengan nasib,
“kita harus merubah nasib kita sendiri” begitu katanya pada suatu hari.
Ternyata ucapan abi bukan isapan jempol, beliau sangat bersungguh-sungguh dalam
membuktikan ucapannya, hal ini pula yang membuatku merasa terus bersemangat
belajar, yah walaupun aku jarang dibelikan hadiah jika juara kelas, berbeda
dengan teman-temanku yang kaya, bisa mendapat nilai bagus-pun sudah bisa
mendapat hadiah, apalagi kalau juara, mungkin apapun yang mereka inginkan akan
dikabulkan.
Sebenarnya, aku tidak terobsesi dengan nilai, aku tidak
mengharapkan untuk juara, aku suka belajar dan aku sudah dibiasakan untuk melakukan
segala sesuatu dengan usaha terbaik, meski terkadang, ada saja teman yang tidak
suka bila melihatku mendapat nilai bagus, bahkan saat kelas 3 SD, wali kelasku
bilang bahwa di kelas 4 nanti harus ada yang bisa mengalahkan nilaiku, harus
ada yang bisa lebih baik dari Aisyah, tentu saja aku sedih. Tapi aku selalu ingat pesan abiku, abi saja tidak pernah minder dan
selalu bersungguh-sungguh, mengapa aku tidak?
O ya, abiku bisa berubah dari orang yang berpendidikan rendah
menjadi orang yang suka membaca dan banyak ilmunya, dan tanpa kuketahui
sebelumnya, rupanya abi sekolah lagi hingga kini abi sudah mendapat gelar
magister ekonomi Islam, dan pernah juga kuliah di universitas Terbuka (UT),
bukan tanpa sebab, ternyata ucapan beliau dulu telah dilaksanakan, pantas saja
setiap akhir pekan abi jarang mengajakku jalan-jalan, rupanya beliau mengajar
di beberapa universitas dan rutin mengikuti seminar-seminar.
Abi juga jarang membeli baju atau peralatan rumah tangga, dan
umiku jadi suka mengeluh pada abi, tapi menurut abi, ini untuk kebaikan kita
juga nantinya. Kini aku paham kenapa setiap juara kelas aku jarang dibelikan
hadiah, ternyata uang abi digunakan untuk biaya kuliahnya selama ini. Dan saat
ini kami juga bersyukur, setelah menyelesaikan kuliah sarjananya, abi diangkat menjadi guru
dan wali kelas di pesantren tempatku sekolah, dan semoga saja tahun ini kalau aku juara,
aku bisa dibelikan hadiah.
“umi, abi sedang melanjutkan kuliah s3” kata abi pada umiku suatu hari, “kalau abi yakin ya silahkan
saja, umi hanya mendoakan” sahut umi pelan.
Yah.. kalau begitu batal lagi aku akan mendapat hadiah.
Tapi tidak mengapa, karena setelah membaca Catatan Hati Tentang Ayah milik SenyumSyukur, membuatku tersadar
akan makna keberadaan seorang ayah, sesungguhnya adanya abi disampingku saat ini
sudah lebih dari cukup dibanding hadiah yang diberikan saat aku meraih juara.
Kasih sayang abi akan selalu ada selamanya, entah aku juara ataupun tidak,
meraih nilai tinggi ataupun rendah, meski selama ini aku banyak menyusahkannya,
belum dapat membahagiakannya.
Sungguh, sekali lagi hidup tanpa orangtua itu sungguh sangat tidak mengenakan, tapi lebih tidak mengenakan lagi, punya orangtua namun hanya menyia-nyiakan mereka, punya orangtua namun tidak bisa membahagiakan mereka, punya orang tua namun selalu menyakiti hati mereka, punya orangtua tapi selalu membuat mereka kesal, marah, dan menangis, punya orangtua namun lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman, punya orangtau namun tak pernah membalas kebaikan mereka meskipun hanya dengan kecupan hangat dan ucapan terimakasih, punya orangtua namun tak pernah mendoakan mereka, punya orangtua namun tidak bisa membuat dirinya masuk kedalam surga. (By. SenyumSyukur)
Suatu hari nanti, aku harus berpisah dengan abiku karena aku akan
bertemu seorang pangeran, namun tetap saja, abiku akan menjadi rajanya. Dan
sekarang, aku akan menghargai setiap detik yang terlewat bersama abiku, aku..
ingin selalu bersamanya selagi aku mampu, Insya Allah..
O ya, abiku juga telah menerbitkan beberapa buku di penerbit
Hswadaya, tapi satu ada yang ditulis bersama dua temannya dan diterbitkan
sendiri, dan aku sarankan untuk kakak membacanya, bukunya seperti ini :
Kemudian, selamat untuk toko online nya Senyum Gadget.. Kalau ditanya mengenai saran dan kritik tampilannya, ada di printscreen berikut :
Segitu aja sarannya, semoga bermanfaat.. ^__^
Segitu aja sarannya, semoga bermanfaat.. ^__^
5 comments
Wiih selamat yaa moga menang ikutan kuisnya kakak senyum syukur
BalasHapushui...
BalasHapussalut sama ceritanya dek aisyah ^^
Ayah memang sosok hero luar biasa yg posisinya tidak bisa digantikan oleh sipapaun (y)
kak Topics : hhe, Amin kakak.. ^_^
BalasHapuskak Dhila : ayah adalah cinta pertama sekaligus heronya seorang anak perempuan kan? ^__^
Salam buat abinya.. :)
BalasHapusMakasih sudah ikutan. Terdaftar sebagai peserta ke 13
sama-sama kak.. ^_^
BalasHapusThank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !
♥ Aisyah