Latest Posts

Mana yang Lebih Baik? Menjadi Diri Sendiri atau Belajar dari Diri Orang Lain?

By 17.24 , , , ,

Bismillah.



Pilih mana? Menjadi Diri Sendiri atau Belajar dari Diri Orang Lain?
Beberapa bulan yang lalu, seorang gadis cerdas menanyakan hal itu kepadaku. Awalnya aku bingung juga, kadang aku menasihati orang lain untuk tetap menjadi diri sendiri, tapi aku sendiri memotivasi diri untuk belajar menjadi lebih baik dari orang lain. Diantaranya bahkan gadis ini, kecerdasan intelektual dan sosialnya yang seimbang membuatku takjub, Masya Allah.
"Kenapa bertanya kepadaku?" Ujarku,
"Karena kakak suka menganalisa pribadi dan karakteristik manusia.." begitu alasannya.
Memang benar sih, aku sangat tertarik dengan psikologi, salah satunya tentang type identification dan manner. Kalau pernah tahu tentang MBTI, aku masuk kategori INFJ yang memang rumit dan sulit dimengerti bahkan oleh diriku sendiri (mungkin).

Aku meminta beberapa waktu untuk berfikir. Aku juga penasaran apa jawabannya. Setelah membaca beberapa sumber dan memikirkannya, aku memutuskan bahwa tidak ada aturan mutlak mana yang paling benar. Maksudku, keduanya benar, hanya saja, ada situasi yang menentukan kapan pernyataan tersebut dapat diaplikasikan.
'Seperti sebuah soal matematika. Ada banyak cara untuk mendapatkan hasil yang benar. Boleh jadi setiap orang punya cara yang berbeda. Kamu bisa memilih cara apapun asalkan itu benar. Ini artinya kamu menjadi diri sendiri. Tapi kadang, kamu salah atau cara orang lain jauh lebih sederhana dan mudah, maka di saat seperti ini, selayaknya kamu belajar dari mereka. Sama dengan kepribadian. Jika yourself-mu mengarah ke hal negatif, atau kurang baik, kamu harus belajar untuk menjadi lebih baik dari orang lain'.
Demikian.

Sejujurnya, aku tidak terlalu puas dengan jawaban itu, karena kupikir seharusnya ada tolak ukur dan patokan yang jelas untuk sebuah kebenaran atau kebaikan. Apabila kita mengikuti seseorang, siapa yang tahu jika sebenarnya ada yang lebih baik darinya.
Maaf jika kata-katanya sulit dimengerti.

Beberapa hari lalu, aku berkomunikasi melalui whatsapp dengan salah satu kakak kelas yang juga terkenal cerdas. Awalnya kami berbincang ringan, kemudian aku menyinggung masalah ini. Kami berdiskusi panjang, sampai akhirnya..
Tabarakallah, aku menemukan jawaban yang memuaskan.

'Saran ana, biar kita gak bingung kita harus selalu berusaha mencontoh akhlaqnya Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Karena beliau adalah uswatun hasanah (sebaik-baik tauladan). Dan akhlaqnya alquran.
Tapi pastinya juga kita sebagai manusia yang banyak lalai merasa sangat kesulitan manakala akan mengikuti langsung akhlaq Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Jadi sebagai "jembatan" kita bisa terus mencari orang-orang yang benar-benar mencintai Rasul dan akhlaqnya juga mengikuti Rasul. Jadi terasa lebih dekat karena kita bisa melihat sosok yang meniru sebagian dari akhlaqnya Rasul.
Nah disaat yang bersamaan, seiring kita membentuk pribadi kita, apabila ada cobaan yg bisa menggoyahkan kita daripada pribadi yang kita bentuk, seperti dibilang sok alim atau yang lainnya, barulah disaat seperti ini slogan be yourself paling tepat kita teguhkan.'

Demikian jawabannya.
Subhanallah.. sangat menginspirasi sekali.
Kini aku paham, Alhamdulillah.
Patokan yang paling layak untuk kita ambil adalah tauladan terbaik manusia, sosok yang telah dijamin masuk syurga. Yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Inilah hasil dalam matematika yang paling tepat dan tolak ukur kebenaran dan kebaikan.
Untuk mencapainya, kita bisa memulai dengan mengikuti orang-orang sekitar kita yang bertauladan pada beliau.
Setelah kita baik, lalu mulailah memperbaiki sekitar. Keluarga, teman-teman dan masyarakat. Jika nantinya ada hambatan dan cemoohan, maka ingatlah, BE YOURSELF.. teguhkan identitas yang harus senantiasa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.



Sebagai penutup, mengutip kata kakak kelasku,

Wallaahu a'lam bishowab. WaffaqanaAllaah.
#ODOP #BloggerMuslimahIndonesia

You Might Also Like

21 comments

  1. Menurut aku menjadi diri sendiri itu memang penting, tapi jangan lupa untuk terus mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Caranya? Ya dengan belajar dari orang lain. Termasuk mencontoh pribadi Rasul. Jadi jawabannya bukan salah satunya, tapi gabungan keduanya.

    BalasHapus
  2. Subhanallah. Ini tema yang berat lho untuk remaja seusiamu. Ih, Aisyah kereen

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah, itu karena aku suka sekali pembahasan seperti ini kak.. ^^

      Hapus
  3. Subhanallah. Ini tema yang berat lho untuk remaja seusiamu. Ih, Aisyah kereen

    BalasHapus
  4. Subhanallah. Ini tema yang berat lho untuk remaja seusiamu. Ih, Aisyah kereen

    BalasHapus
  5. Kalo aku ingin teteap menjadi diri sendiri yang tidak terlalu angkuh juga untuk belajar dari orang lain?
    karena aku bukan orang lain, namun bukan berarti aku tidak bs menjadi orang lain ;) cmiw hehee ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah, sukses kak..
      Setiap orang punya pilihan masing2 ya..
      Perbedaan membuat kita beragam.. ^^

      Hapus
  6. Ini pertama kali sy mampir ke blog Aisyah *masih remaja ya* ngintip koment di atas. Pertama buka blog...wow...cantik sekali, langsung malu pada tampilan blog-ku *tutup muka. Masuk ke artikel ini, aku jd ingat masa-masa kuliah, banyak pepatah yg makjleb di hati. cuma yg paling mengena "don't be average people dan be your self". Boleh kita mencontoh orang lain tp jgn menghilangkan identitasmu. Sebaik-baik akhlak manusia adalah akhlak Rasulullah SAW. Terima kasih artikelnya, sangat bermanfaat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah, terimakasih atas kunjungannya..
      Sama2 ka.. ^^

      Hapus
  7. Wah aisyah suka sekali quotes itu..
    Dan jadikan setiap waktu adalah jam pelajaran.. ^^

    BalasHapus
  8. i love to be my self, meskipun banyak kurang ya diperbaiki dgn belajar dari orang lain

    BalasHapus
  9. Aisyah suka psikologi? Sama dong, kakak juga tertarik banget untuk belajar psikologi. Dulu pernah ada di posisi selalu ngiri kalau lihat orang lain begini dan begitu. Sampai akhirnya lelah sendiri. Toh ternyata masing-masing kita punya kelebihan dan kekurangan, kan? Jadi fokus di perbaikan diri saja. Dan benarlah bahwa Rasulullah adalah sebaik-baik teladan untuk itu :)

    BalasHapus
  10. Lebih memilih menjadi diri sendiri sih :D
    Setuju, teladan terbaik adalah Rasulullah TFS :)

    BalasHapus
  11. menjadi diri sendiri itu penting, namun belajardari orang lain juga penting.

    misal saja si A bertabiat jelek dan kasar, ia perlu belajar dari orang lain yang lebih baik.

    Misal si B pandai gitar, sedangkan si C pandai main bola
    Si B tidak perlu belajar bola kalau ia pandai main gitar. Kembangkan saja bakatnya.

    Begitu juga si C

    Jadi dari sisi mana menjadi diri sendiri itu penting
    dari sisi mana meniru orang lain itu penting

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju kak..
      Karena itulah akhlak Rasullah yg kita jadikan patokan.. :)

      Hapus
  12. Sebuah piliha akan menjadi sangat sulit, kadang.

    misal si D anak putri kecil anda
    ia pandai sekali menari dan balet, ia sudah terlihat bakatnya.

    Sementara anda menginginkan D untuk masuk pesantren. agar ia menjadi anak sholehah :)
    sementara di pesantren tidak ada tari dan balet.

    ...dan penari biasanya tidak menggunakan jilbab (penutup aurat).

    Mana yang terbaik buat anda
    Apakah anak anda akan disuruh mengikuti diri sendiri sesuai dengan bakatnya menjadi penari

    atau mengikuti orang lain yaitu anda sendiri (untuk masuk pesantren)






    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau aisyah, tdk akan memaksakan masuk pesantren jk dia tdk mau..
      Gunakan win-win solution.. :)
      Yg penting, bakat bukan segalanya, sukses kan 1% bakan dan 99% usaha..

      Hapus
  13. Iyes Mbak, contoh terbaik memang Rasulullah.
    Dan paling asik emang jadi diri sendiri, dengan teladan dari Rasulullah

    BalasHapus

Thank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !

♥ Aisyah