Mana yang Lebih Baik? Menjadi Diri Sendiri atau Belajar dari Diri Orang Lain?
Bismillah.
Pilih mana? Menjadi Diri Sendiri atau Belajar dari Diri Orang Lain?
Beberapa bulan yang lalu, seorang gadis cerdas menanyakan hal itu kepadaku.
Awalnya aku bingung juga, kadang aku menasihati orang lain untuk tetap menjadi
diri sendiri, tapi aku sendiri memotivasi diri untuk belajar menjadi lebih baik
dari orang lain. Diantaranya bahkan gadis ini, kecerdasan intelektual dan
sosialnya yang seimbang membuatku takjub, Masya Allah.
"Kenapa bertanya kepadaku?" Ujarku,
"Karena kakak suka menganalisa pribadi dan karakteristik
manusia.." begitu alasannya.
Memang benar sih, aku sangat tertarik dengan psikologi, salah satunya
tentang type identification dan manner. Kalau pernah tahu tentang MBTI, aku
masuk kategori INFJ yang memang rumit dan sulit dimengerti bahkan oleh diriku
sendiri (mungkin).
Aku meminta beberapa waktu untuk berfikir. Aku juga penasaran apa
jawabannya. Setelah membaca beberapa sumber dan memikirkannya, aku memutuskan
bahwa tidak ada aturan mutlak mana yang paling benar. Maksudku, keduanya benar,
hanya saja, ada situasi yang menentukan kapan pernyataan tersebut dapat
diaplikasikan.
'Seperti sebuah soal matematika. Ada banyak cara untuk mendapatkan hasil
yang benar. Boleh jadi setiap orang punya cara yang berbeda. Kamu bisa memilih
cara apapun asalkan itu benar. Ini artinya kamu menjadi diri sendiri. Tapi
kadang, kamu salah atau cara orang lain jauh lebih sederhana dan mudah, maka di
saat seperti ini, selayaknya kamu belajar dari mereka. Sama dengan kepribadian.
Jika yourself-mu mengarah ke hal negatif, atau kurang baik, kamu harus belajar
untuk menjadi lebih baik dari orang lain'.
Demikian.
Sejujurnya, aku tidak terlalu puas dengan jawaban itu, karena kupikir
seharusnya ada tolak ukur dan patokan yang jelas untuk sebuah kebenaran atau
kebaikan. Apabila kita mengikuti seseorang, siapa yang tahu jika sebenarnya ada
yang lebih baik darinya.
Maaf jika kata-katanya sulit dimengerti.
Beberapa hari lalu, aku berkomunikasi melalui whatsapp dengan salah satu
kakak kelas yang juga terkenal cerdas. Awalnya kami berbincang ringan, kemudian
aku menyinggung masalah ini. Kami berdiskusi panjang, sampai akhirnya..
Tabarakallah, aku menemukan jawaban yang memuaskan.
'Saran ana, biar kita gak bingung kita harus selalu berusaha mencontoh
akhlaqnya Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Karena beliau adalah
uswatun hasanah (sebaik-baik tauladan). Dan akhlaqnya alquran.
Tapi pastinya juga kita sebagai manusia yang banyak lalai merasa sangat
kesulitan manakala akan mengikuti langsung akhlaq Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam. Jadi sebagai "jembatan" kita bisa terus mencari
orang-orang yang benar-benar mencintai Rasul dan akhlaqnya juga mengikuti
Rasul. Jadi terasa lebih dekat karena kita bisa melihat sosok yang meniru
sebagian dari akhlaqnya Rasul.
Nah disaat yang bersamaan, seiring kita membentuk pribadi kita, apabila ada
cobaan yg bisa menggoyahkan kita daripada pribadi yang kita bentuk, seperti
dibilang sok alim atau yang lainnya, barulah disaat seperti ini slogan be
yourself paling tepat kita teguhkan.'
Demikian jawabannya.
Subhanallah.. sangat menginspirasi sekali.
Kini aku paham, Alhamdulillah.
Patokan yang paling layak untuk kita ambil adalah tauladan terbaik manusia,
sosok yang telah dijamin masuk syurga. Yaitu Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam.
Inilah hasil dalam matematika yang paling tepat dan tolak ukur kebenaran
dan kebaikan.
Untuk mencapainya, kita bisa memulai dengan mengikuti orang-orang sekitar
kita yang bertauladan pada beliau.
Setelah kita baik, lalu mulailah memperbaiki sekitar. Keluarga, teman-teman
dan masyarakat. Jika nantinya ada hambatan dan cemoohan, maka ingatlah, BE
YOURSELF.. teguhkan identitas yang harus senantiasa kita terapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Sebagai penutup, mengutip kata kakak kelasku,
Wallaahu a'lam bishowab. WaffaqanaAllaah.
#ODOP #BloggerMuslimahIndonesia
21 comments
Menurut aku menjadi diri sendiri itu memang penting, tapi jangan lupa untuk terus mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Caranya? Ya dengan belajar dari orang lain. Termasuk mencontoh pribadi Rasul. Jadi jawabannya bukan salah satunya, tapi gabungan keduanya.
BalasHapusSipp, setuju ka..
HapusTerimakasih sudah berkunjung..
Subhanallah. Ini tema yang berat lho untuk remaja seusiamu. Ih, Aisyah kereen
BalasHapusMasya Allah, itu karena aku suka sekali pembahasan seperti ini kak.. ^^
HapusSubhanallah. Ini tema yang berat lho untuk remaja seusiamu. Ih, Aisyah kereen
BalasHapusSubhanallah. Ini tema yang berat lho untuk remaja seusiamu. Ih, Aisyah kereen
BalasHapusKalo aku ingin teteap menjadi diri sendiri yang tidak terlalu angkuh juga untuk belajar dari orang lain?
BalasHapuskarena aku bukan orang lain, namun bukan berarti aku tidak bs menjadi orang lain ;) cmiw hehee ^^
Masya Allah, sukses kak..
HapusSetiap orang punya pilihan masing2 ya..
Perbedaan membuat kita beragam.. ^^
Ini pertama kali sy mampir ke blog Aisyah *masih remaja ya* ngintip koment di atas. Pertama buka blog...wow...cantik sekali, langsung malu pada tampilan blog-ku *tutup muka. Masuk ke artikel ini, aku jd ingat masa-masa kuliah, banyak pepatah yg makjleb di hati. cuma yg paling mengena "don't be average people dan be your self". Boleh kita mencontoh orang lain tp jgn menghilangkan identitasmu. Sebaik-baik akhlak manusia adalah akhlak Rasulullah SAW. Terima kasih artikelnya, sangat bermanfaat :)
BalasHapusMasya Allah, terimakasih atas kunjungannya..
HapusSama2 ka.. ^^
Wah aisyah suka sekali quotes itu..
BalasHapusDan jadikan setiap waktu adalah jam pelajaran.. ^^
i love to be my self, meskipun banyak kurang ya diperbaiki dgn belajar dari orang lain
BalasHapusAisyah suka psikologi? Sama dong, kakak juga tertarik banget untuk belajar psikologi. Dulu pernah ada di posisi selalu ngiri kalau lihat orang lain begini dan begitu. Sampai akhirnya lelah sendiri. Toh ternyata masing-masing kita punya kelebihan dan kekurangan, kan? Jadi fokus di perbaikan diri saja. Dan benarlah bahwa Rasulullah adalah sebaik-baik teladan untuk itu :)
BalasHapuswah sama dong kak? ^_^
HapusLebih memilih menjadi diri sendiri sih :D
BalasHapusSetuju, teladan terbaik adalah Rasulullah TFS :)
^_^
Hapusmenjadi diri sendiri itu penting, namun belajardari orang lain juga penting.
BalasHapusmisal saja si A bertabiat jelek dan kasar, ia perlu belajar dari orang lain yang lebih baik.
Misal si B pandai gitar, sedangkan si C pandai main bola
Si B tidak perlu belajar bola kalau ia pandai main gitar. Kembangkan saja bakatnya.
Begitu juga si C
Jadi dari sisi mana menjadi diri sendiri itu penting
dari sisi mana meniru orang lain itu penting
setuju kak..
HapusKarena itulah akhlak Rasullah yg kita jadikan patokan.. :)
Sebuah piliha akan menjadi sangat sulit, kadang.
BalasHapusmisal si D anak putri kecil anda
ia pandai sekali menari dan balet, ia sudah terlihat bakatnya.
Sementara anda menginginkan D untuk masuk pesantren. agar ia menjadi anak sholehah :)
sementara di pesantren tidak ada tari dan balet.
...dan penari biasanya tidak menggunakan jilbab (penutup aurat).
Mana yang terbaik buat anda
Apakah anak anda akan disuruh mengikuti diri sendiri sesuai dengan bakatnya menjadi penari
atau mengikuti orang lain yaitu anda sendiri (untuk masuk pesantren)
Kalau aisyah, tdk akan memaksakan masuk pesantren jk dia tdk mau..
HapusGunakan win-win solution.. :)
Yg penting, bakat bukan segalanya, sukses kan 1% bakan dan 99% usaha..
Iyes Mbak, contoh terbaik memang Rasulullah.
BalasHapusDan paling asik emang jadi diri sendiri, dengan teladan dari Rasulullah
Thank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !
♥ Aisyah