Surat Untuk Saudariku di Jalan Hijrah & Dakwah
Bismillah.
Hari ini aku mendapatkan
surat dari salah satu anak sakanku dahulu. Dia curhat, tentang kondisi keluarganya
yang tidak menerimanya memakai hijab panjang dan men-judgenya fanatik dalam
beragama. Ia rapuh, bagaimana tidak, keluarga yang seharusnya melindungi,
menguatkan dan mendukung, justru memojokkannya sedemikian rupa.
Aku terenyuh, Masya Allah,
betapa lembutnya hati gadis kecil ini, suratnya menyiratkan bahwa ia ingin
tetap istiqomah dengan hijab panjangnya dan keluarganya memahami keadaannya.
Aku sudah menuliskan
jawabannya, sebisaku.
Dan aku pikir, mungkin
bukan hanya dirinya yang memiliki masalah demikian, memiliki prinsip dalam
beragama yang ditentang oleh keluarga. Maka aku memutuskan untuk membagikan
bagian ‘isi’ suratnya di sini. Semoga bermanfaat.
Umm, jadi tentang hijab..
Suka kepikiran ga, kadang
untuk jilbab yang wajib aja masih susah, gimana buat cadar ya? Padahal semakin
tertutup kita, kalau kata Alvira mah, lebih misterius dan membuat penasaran,
apalagi kalau cantik, shalihah dan pinter agama kaya kamu, he.. ^^
Sebenarnya yang terutama
dan terpenting adalah keyakinan dan rasa bangga dalam diri kita akan hijab ini.
Kalau rasa bangga sudah melekat erat dalam sanubari, tantangan bagaimanapun
juga akan dapat kita anggap sebagai angin lalu saja.
Jadi, aku tanya nih, kamu
udah yakin belum dengan hijab yang dipakai? Bangga engga dengan identitas
kemuslimahan itu? Kalau sudah iya, Alhamdulillah.. kita bisa ke step
selanjutnya. Tapi kalau belum, atau masih ada rasa iri akan fashion, gaya dan
mode orang lain (barat, korea atau non islam) kecuali dipakai di dalam rumah,
maka coba perbaiki dulu niatnya.. ini adalah perintah dari Rabb yang maha
menghidupkan dan mematikan lho. Jangan sampai kita dimatikan dalam keadaan
belum menerima secara ikhlas perintah hijab. Pelajari lagi bahasan ini di
buku-buku atau artikel Islam dari para asatidz (ustadz-ustadz) yang terpercaya..
Kalau bagian ini sudah
lulus, maka baru sekarang kita diskusikan tentang menghadapi tantangannya.
Keyakinan dalam diri kita
akan sangat membantu dalam istiqomah memakai hijab panjang, tidak peduli apa
kata orang lain..
Masalahnya, kita mau jadi remaja apa kalau mengikuti kata orang lain terus? Jadi remaja yang punya prinsip, kita sudah mumayyiz bisa membedakan mana
baik mana buruk, apa iya kita mau meninggalkan sesuatu yang baik cuma karena
anggapan orang lain?
Kalau kata Dhifya,
kebiasaan itu harus ngikutin agama, jangan agama yg ngikutin kebiasaan. Pegang
dulu agama kita, baru kita sesuaikan kebiasaan dan adat kita berdasarkan agama.
Begitu juga dengan keluarga dan
teman-teman..
Bergaul dengan baik tapi
jangan sampai melebur, jangan sampai terbawa arus, mengikuti hal-hal yang
kurang baik.. Nah apalagi kamu udah banyak belajar agama. Alangkah baiknya
kalau justru kamu yang mendakwahkan dan memberi contoh bahwa begini lho hijab yang benar..
Ambil hati mereka. Gimana
caranya? Dengan akhlak kita, tunjukkan identitas muslim sejati, dengan hikmah
dan santun, peka terhadap lingkungan (sering terapkan 3 S : salam, senyum,
sapa) dan yang penting juga bergaul cantik, he.. maksudnya dakwah itu tidak
harus di masjid tapi bisa kita lakukan dimana saja dan kapan saja seperti saat
bertemu akhwat atau anak SD dan SMP di angkot, kalau ada waktu, ajak ngobrol
dan kenalan, tanya kesehariannya, disitu kita bisa masuk, ajakin ke kajian atau
sharing pengalaman, terus terhadap pedagang atau ummahat (ibu-ibu), sesekali
tanya kabar, anaknya sekolah dimana dan gimana keadaannya, lama-kelamaan mereka
akan percaya dan mau share dengan kita setiap ada kesempatan, mudah-mudahan
dengan contoh seperti diatas orang-orang di sekeliling kita tidak menghindar
dari kita karena kitanya peduli sama mereka.
Aku yakin, orang cerdas
pasti ga akan mudah menilai hanya melalui penampilan.
💝 💝 💝
Aku tahu kamu telah
mengusahakan segala cara untuk kebaikan keluarga dan teman-teman.. tapi itulah proses, tidak bisa
sekejap langsung berubah. Jangankan sesosok manusia, takdir-pun kadang tidak
berpihak pada kita. Tapi kamu harus yakin, bahwa Allah telah merencanakan
sesuatu yang baik, dan hanya Ia yang mampu memberikan hidayah kepada siapa yang
Ia kehendaki..
Tetap bersabar ya, cantik..
Tawakkal pada Allah, perbanyak berdoa. Mohon pada Rabb yang Maha Menggenggam
hati hamba-Nya dan mampu membolak-balikkannya seketika.
Aku sampaikan ini, karena aku
sendiri pernah mengalaminya, aku juga pernah berhadapan sama saudara yang
awalnya nentang sunnah, tapi tak ada yang bisa kita lakukan kecuali
mendoakannya. Menunjukkan akhlaq islam yang baik, hadapi dengan hati yang lembut.
Tugas kita tetap baik pada siapapun, terutama keluarga sendiri, apapun yang
terjadi.
Buktikan bahwa kamu ingin mereka
berubah bukan karena kamu lebih baik, tapi karena kamu menyayangi mereka, ingin
bersama dengan mereka bukan hanya di dunia, namun juga di Syurga. Bukankah amat
bijak bila kita mendoakan petunjuk agar mereka sadar akan kesalahannya,
sehingga tidak akan ada lagi orang yang tersakiti karenanya.
Kalau sampai kita kebawa
emosi juga, malah jadi penghalang hidayah buatnya, sampaikan padanya bahwa Sunnah
itu indah, pada lisan yang terjaga dan perilaku yang beradab.
Kalau mau lebih optimis lagi,
lihat kisah-kisah terdahulu, kau tahu, Umar bin Khottob saja dulu hampir
membunuh Rasulullah, itu karena ia belum masuk Islam, belum kenal Allah dan Rasul-Nya.
Lalu.. Allah Maha Kuasa menerangi hatinya dengan keimanan, dan pada akhirnya
Umar jadi sahabat Rasulullah, salah satu orang terdekat beliau, bahkan dijamin
Syurga oleh Allah. Itulah indahnya hidayah.
Jangan cemas. Insya Allah
semua akan baik-baik saja. Kamu pasti bisa melewatinya. Allah tidak akan pernah
meninggalkan. Allah tahu apa yang terbaik untukmu. Saat ini, Allah mau kamu
lebih mendekatkan diri pada-Nya. Perbanyaklah sujud di keheningan malam.
Tetaplah tersenyum, karena
kebahagiaan akan selalu ada bersama orang-orang yang Ridha dengan takdir.
🌷🌷🌷
"Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala
(dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum
kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami
apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami dan
rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum
yang kafir." (Terjemahan QS. Al Baqarah ayat 286).
Demikian.
Wallahu A’lam.
#ODOP #BloggerMuslimahIndonesia
12 comments
Masyaa Allah.. Inspiratif sekali dek.. Smg kita semua istiqomah di jalan dakwah ini ya
BalasHapusAku juga butuh waktu agak lama untuk keluarga nerima hijab panjangku, Mbak. Perlahan dan berusaha cuek. Alhamdulillah sampai akhirnya mereka enggak pernah lagi membahasa hijabku. Mungkin kadang itu yang diperlukan, berusaha untuk menutup telinga dari kalimat-kalimat yang negatif.
BalasHapusSubhanallah..saya juga punya sahabat yang ngalamin kayak gitu, bahkan sampai diusir dari rumah. Alhamdulillah akhirnya Allah kasih petunjuk bagi keluarga hingga mau menerima anak dengan hijabnya.Salam kenal Ukhti Aisyah, syukran sudah mau berkunjung dan komen di blog saya ^^
BalasHapusmasyaALLAH, aisyah postingannya selalu berisi, semoga istiqomah ya
BalasHapusistiqomah memang berat ya, yang mudah itu istirahat :)
BalasHapussemoga tetap istiqomah sampai akhir hayat. aamiin
Konsisten dan istiqomah itu berat. Tapi perempuan menutup aurat itu kewajiban, bukan pilihan...
BalasHapusjd diingatkan dulu alhamdulillah waktu SMA memutuskan pakai jilbab, ortu tidak masalah cuma lingkungan yg mungkin risih apalagi waktu merantau di mayoritas Nasrani. karena waktu itu jilbab belum sengetrend skrg. tp ya cuek dan tetap percaya diri dg jilbab kita.istiqomah, kalau pesan ibu sy dulu waktu merantau jangan sampai dibuka kerudungnya
BalasHapusAku juga lagi hijrah, Kak.
BalasHapusLagi-lagi permasalahannya juga sama ttg keluarga.
Makasih ya melalui tulisan ini aku merasa dikuatkan :)
Agak melow aku bacanya Mbak. Terharu biru...
BalasHapusBtw, anak sakan itu apaan ya Mbak? saudara?
oh iya aku lupa menjelaskan, sakan itu artinya kamar kak..
HapusAnak sakan berarti anak kamar, waktu itu aku jadi musyrifah (pembimbing) mereka di kamar..
Jangan sampai kita dimatikan dalam keadaan belum menerima secara ikhlas perintah hijab -------> jleb ini
BalasHapusatas dasar permintaan bapakku yg bilang bahwa seorang bapak punya tugas untuk meng-hijab-kan anak2 perempuannya sebelum menikah, karena itu akan meringankan langkahnya di akhirat kelak
satu bulan sebelum menikah tahun 2012, aku pun berhijab
Semoga Allah selalu menjaga saya dan antum semua untuk senantiasa istiqomah... Amiin :)
BalasHapusThank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !
♥ Aisyah