Mozaik Hati
Bismillah.
Suasana sore di kota Hujan hari ini lebih cerah dari
biasanya, matahari masih menerangi alam semesta dan orang-orang sibuk dengan
urusannya masing-masing. Mumpung tidak hujan, pergunakan kesempatan ini untuk
aktivitas luar ruangan dengan lebih maksimal. Sesosok gadis tersenyum di
jendela, menatap orang-orang yang tengah berlalu lalang di jalan depan
rumahnya.
"Ini saat yang tepat, Insya Allah.." ia
bergumam.
Sore itu, dengan ditemani seorang sahabat, ia mantap
melangkahkan kakinya menuju sebuah tempat yang penuh cinta . Sebuah tempat yang
mengajarkannya tentang arti kasih sayang. Sebuah tempat dimana sosok-sosok
jelita para bidadari tinggal.
Sesampainya di sana, memasuki gerbang berwarna pink
cerah, ia disambut oleh beberapa anak kecil yang langsung memeluknya. Ia
tersenyum dan tertawa melihat mereka, mereka adalah sebagian dari mozaik
hatinya. Tak berapa lama, jiwanya menuntun dirinya mendatangi sebuah ruangan,
tidak terlalu istimewa sebenarnya, tapi sosok-sosok di dalamnya, adalah tujuan
kedatangan yang telah direncanakan jauh-jauh hari. Hari ini rencana itu menjadi
kenyataan.
Menaiki tangga lantai dua, belum sampai pintu ruangan,
beberapa gadis remaja sumringah menyambutnya, menyalami dan memeluknya. Ya
Allah, merekalah yang telah membersamainya selama beberapa waktu, mereka yang
telah membuatnya percaya bahwa ia tidak akan pernah dibiarkan sendirian. Mereka
pula yang menyempurnakan mozaik hatinya sehingga membuatnya tidak putus asa
terhadap cinta.
Siapakah mereka? Siapakah sosok indah yang amat
dirindukan itu? Siapakah pribadi menawan yang senantiasa terbayang dalam
pelupuk mata dan bait doanya?
Bukan orang yang ternama, sejatinya. Hanya anak-anak yang
telah diasuhnya setahun silam. Anak-anak yang telah menjejakkan bekas dalam
kalbu dan mengajarkannya tentang banyak hal. Dan nama mereka kelak akan
tersimpan rapi dalam memori terindahnya.
Ia berbincang dengan mereka, melepaskan rindu dan
bercanda serta tertawa ria. Kebahagiaan baginya cukup sesederhana ini. Bertemu
dengan orang-orang terkasih dan menghabiskan waktu bersama mereka.
Ada satu hal yang mengesankan di sini. Setahun lalu, ia
tidak sendirian mengasuh anak-anak itu. Ada seseorang yang ditunjuk untuk menjadi
partnernya. Katanya, anak-anak itu nakal, butuh penanganan lebih dari sekedar
perhatian. Karena itu, takdir mempertemukannya dengan seseorang yang memiliki
kepribadian bertolak belakang dengannya. Sosok itu tampak begitu tegas dan
berkharisma. Ia memiliki jiwa pemimpin. Perkataannya tidak dapat dibantah oleh
siapapun. Kecerdasannya pun tidak dapat dipungkiri. Ia sosok yang tegar dan
kuat. Namun siapa sangka bahwa suatu hari ia akan mengajarkan arti kasih sayang
dalam perspektif berbeda pada gadis keibuan ini.
"Sayang itu tidak harus diucapkan, sayang itu
dibuktikan dengan perbuatan" ujar sang partner suatu hari.
Ucapannya bukan isapan jempol belaka. Faktanya, banyak
hal yang telah ia lakukan untuk anak-anak itu dan untuk dirinya juga. Dari
mulai membela nama baik anak-anak di hadapan atasan, mendahulukan kebutuhan
mereka, mendidik dengan kedisiplinan, dan perhatian yang tertutup oleh sifat
dinginnya. Oh ya, satu hal lagi, sebuah kalimat dalam sms yang diterimanya
suatu malam saat sang partner tidak berada di sisinya sementara ia bersama
anak-anak begadang dan mencoba meneleponnya, ia me-reject panggilan itu,
"Suruh anak-anak tidur, supaya ga kesiangan sekolah
besok".
Such a very caring person, Masya Allah.
Ada banyak hal yang terjadi selama 31.104.000 detik antar
dirinya, partnernya dan anak-anak. Suka, duka, tawa dan tangis. Rasanya seperti
keluarga. Di tengah perjalanan, tak banyak yang tahu bahwa ada begitu banyak
hal rumit yang tidak dapat dijelaskan oleh kata-kata atau ditumpahkan oleh
tinta pena. Kabar baiknya, mereka memulai dengan baik dan mengakhiri dengan
baik. Meski tanpa sadar, entah sejak kapan, Allah menitipkan rasa sayang dalam
hati mereka satu sama lain.
Untuk saat ini, gadis itu belum dapat bertemu dengan
partnernya hingga waktu yang tidak ditentukan. Tidak ada yang tahu kapan masa
itu akan tiba lagi.
Tapi belum selesai dari nostalgianya, salah seorang anak
yang berkepribadian lembut bercerita bahwa beberapa hari lalu ia menelepon
mereka.
"Wah senangnya.. Lalu kalian cerita apa saja?"
"Tidak banyak.. tapi kami sempat menanyakan, kenapa
ia (sang partner) tidak jadi pindah saat tersebar kabar bahwa posisinya akan
digantikan oleh orang lain.."
"Oya? Bagaimana jawabannya?"
"Ia bilang, 'karena mama kalian tidak setuju'
begitu.."
Set! Tiba-tiba rasa haru mendera begitu cepat, ia tak mau
mengakuinya tapi ia merasa berharga, panggilan 'mama' membuatnya merasa
dicintai.
Ingatannya berputar cepat. Beberapa waktu setelah masuk
untuk mengasuh anak-anak, mereka menyadari perbedaan karakter, sifat dan
kepribadian antar keduanya. Yang satu tegas, yang satu lembut. Yang satu
maskulin, yang satu feminin. Yang satu mengambil keputusan dengan akal dan
pemikiran, yang satu dengan perasaan. Maka jadilah apa yang terjadi. Mereka
menganggap keduanya seperti orangtua. Dan gadis itu berperan sebagai mama.
Ya Allah..
Anak-anak terkasih ini..
Kalau boleh ia meminta, sungguh ia akan meminta
kebahagiaan mereka didahulukan atas kebahagiaannya. Karena kebahagiaan mereka
adalah kebahagiaan dirinya.
Maha Suci Rabb yang telah menganugerahkan sekeping hati
dan mampu menjaga perasaan ini sebaik-baiknya.
Wahai Rabb yang jiwaku berada di tangan Nya, aku mohon
jagalah mereka untukku, karena Engkau adalah sebaik-baik penjaga.
Ini
tentang, aku, kamu, dan kita.
Bogor, 1 Agustus 2017
Pukul 23.30
#ODOP #BloggerMuslimah Indonesia
8 comments
Aamiin.semoga kita sllu dijaga Allah
BalasHapusAamiin ya Allah.. ^^
Hapuswhaaa penuh kode-kode. Partner yang cocok itu saling melengkapi
BalasHapusAhaha..
HapusSetuju kak.. ^^
Bagus postingnya ��
BalasHapushe.. ^_^
HapusSuch a warm story... ^^ jadi novel asik deh ^^
BalasHapusThankyou ka.. <3
HapusSayangnya aku tidak terlalu suka novel, kepanjangan, he..
Thank you so much if you're going to comment my post, give advice or criticism. I'm so happy ^_^ But please don't advertising and comment with bad words here. Thanks !
♥ Aisyah